Kenikmatan Memek Bunda Dan Istriku


Kenikmatan Memek Bunda Dan Istriku

KASIR4D - Peristiwa yang kualami ini sebenarnya memang sulit dipercaya, tetapi itu memang benar terjadi, Aku menikah dgn istriku dalam usia yang relatif masih cukup muda. Aku berumur 24 tahun dan istriku 21 tahun. Setahun kita telah menikah sewaktu aku baru selesai di wisuda. Dalam usia yang masih muda kita masing-masing mempunyai keinginan sex yang cukup tinggi. Istri cukup mampu mengimbangi birahiku yang selalu menggebu-gebu. 

Hampir setiap malam kita selalu “ bertempur”.Pertempuran itu selalu berlangsung sampai 3 babak, sehingga kita kelelahan dan tidur pulas setelah itu. Kita sepakat untuk tidak buru-buru mempunyai anak, agar bebas bercinta kapan saja tanpa ada gangguan. Sebagai keluarga muda aku mewarisi perusahaan orang tua istriku yang cukup besar, sehingga dari segi keuangan aku tidak pernah bingung , Walaupun kita memiliki rumah yang merupakan hadiah perkawinan, tetapi kita memilih tinggal di apartemen di tengah kota, agar dekat dgn kantorku.

Kehidupan pribadi kita mulai agak terganggu sewaktu mertua perempuanku memutuskan ikut tinggal bersama kita, setelah suaminya meninggal. Rumahnya dikontrakkan seperti juga rumahku. Dia beralasan ingin membantu urusan rumah tangga kita. Maklum kita berdua sibuk. Aku seharian bekerja sedang istriku sibuk dgn urusan kampusnya. Kita tidak memiliki pembantu, sehingga semua urusan rumah tangga biasanya diselesaikan kita berdua.Sejak ada mertuaku, dia banyak membantu membereskan urusan rumah tangga. 

Mulai dari membuat masakan sampai mencuci baju dan membersihkan rumah. Ibu Mertuaku umurnya sekitar 38 tahun, terlihat masih cantik, putih seperti juga istriku. Hanya seperti umumnya perempuan setengah baya bodynya agak subur, tetapi masih termasuk proporsional. Kulit mukanya masih kencang, buah dadanya tegak menantang dan yang sering menarik perhatianku, bokongnya membulat besar dan menonjol.Pada awalnya aku kurang memperhatikan daya tarik sex mertuaku. Namun lama-kelamaan aku jadi sering melirik dia, karena jika mengenakan pakaian rumah, dia tidak pernah mengenakan BREAST HOLDER sehingga selain buah dadanya bergerak mengayun-ayun jika berjalan, puting susunya juga jelas tercetak di balik bahan kaos yang dia kenakan. 

Istriku termasuk anak manja dan “anak bunda”. Aku bisa maklum karena dia memang anak tunggal. Banyak hal dia selalu meminta pertimbangan bundanya ketimbang meminta saran dariku. Setelah 3 bulan kita tinggal bersama “bunda”, aku mulai merasakan bahwa bunda istriku termasuk perempuan yang bertipe menggoda. Dia sering keluar kamar mandi dengan hanya menutup bagian bawahnya dgn handuk dan bagian atasnya hanya ditutup oleh BREAST HOLDER yang kelihatannya kekecilan. 

Sering dgn pakaian seperti itu dia menyibukkan diri di dapur menyelesaikan masakan, atau mencuci piring.Yang lebih parahnya kadang-kadang dalam keadaan begitu ikut pula ngobrol bersama kita di ruang keluarga sambil menonton TV. Istri tidak pernah protes. Mungkin mereka dulu di rumahnya memang gaya hidupnya begitu. Aku tidak banyak tahu, karena aku mengenal istriku melalui proses singkat, yakni 3 bulan langsung maju ke pelaminan.Terbawa oleh suasana ibunya, istriku jadi ikut-ikutan. 

Jika mulanya dia melenggang dgn santai hanya dengan mengenakan celana dalam dan BREAST HOLDER di seputar rumah, akhirnya dia malah hanya mengenakan celana dalam saja dan membiarkan susunya yang kenyal bergerak leluasa. Sewaktu kutanya kenapa dia melakukan itu, katanya dia merasa lebih leluasa dgn gaya begitu. Dan baru ku ketahui bahwa di keluarga istriku cara berpakaian di rumah dulu memang begitu.Mereka memang cukup lama tinggal di Eropa. 

Istriku sejak SD sampai lulus SMA tinggal di luar negeri. Maklum karena Ayahnya orang Jerman. Ibunya dari Sulawesi Utara. Pembaca pasti membayangkan bahwa istriku cantik. Memang betul, dia cantik dan dari keluarga kaya. Aku memang ketiban durian runtuh, dapat istri cantik, kaya dan mewariskan harta berlimpah kepadaku. Aku mulai ikut menyesuaikan gaya hidup setengah telanjang di rumah. Aku memberanikan diri hanya bercawat saja di rumah. 

Ibu mertuaku kelihatan biasa saja melihatku hanya bercawat. Padahal di keluargaku. Jika aku hanya mengenakan singlet tanpa baju luar sudah ditegur. Di keluargaku, pantang sekali makan di meja makan tanpa memakai baju atas. Sekarang aku makan bertiga di meja makan dengan hanya bercawat saja.Setelah sekitar seminggu aku terbiasa bercawat di rumah, Ibu mertuaku bergerak makin maju. Dia bersikap lebih maju lagi, dgn membiarkan dadanya terbuka tanpa BREAST HOLDER. Aku sempat gugup pada awalnya karena mana mungkin aku terus-terusan menghindar tidak melihat buah dada besar mertuaku. 

Tapi jika pun aku menatap ke dadanya dia tampaknya tidak peduli. Istriku juga kelihatannya tidak mempedulikan aku jika kebetulan kepergok aku memandangi buah dada bundanya yang bergoyang-goyang sewaktu berjalan. Kalau kita berkumpul bertiga di ruang keluarga sambil menonton siaran TV, sering aku dibuat rikuh oleh tingkah polah istriku. Dia mencumbui aku, sampai menghisap kemaluanku di depan ibunya. Anehnya bunda santai saja melihat percumbuan kita. Dia tidak mengomentari dan juga tidak malu-malu melihat apa saja yang dilakukan istriku. Aku sebetulnya agak jengah dgn situasi seperti itu, tetapi ini adalah pengalaman baru. 

Apalagi aku dalam situasi birahi tinggi, sehingga otakku jadi agak kurang waras. Jika situasi sudah semakin hot, bunda menyarankan kita berdua masuk kamar. Tanpa malu-malu istriku menyeret tanganku masuk ke kamar.Aku tidak ingat sewaktu dalam keadaan sangat terangsang di seret masuk oleh istriku, apakah pintu kamar sudah tertutup atau belum karena istriku langsung mendorongku telentang di tempat tidur. Aku baru terkejut sewaktu bunda berkacak pinggang di pintu melihat kita melakukan persebadanan. 

Pada saat ditonton bunda, Istri sedang berada diatasku menggenjot sambil melenguh-lenguh. Aku sebetulnya terganggu konsentrasiku melihat bunda menonton. Tapi istriku tidak peduli. “ Gerakannya jangan gitu Dewi” kata bunda kepada istriku Bunda mengomentari gerakan istriku. Dia mendekat dan memegangi pinggul istriku. Dia menjadi pengarah gerak. Bunda mengajari agar pinggul istriku bergerak memutar dgn gerakan konstan. Istriku diajari berkali-kali tidak juga paham, dan dia bingung dgn gerakan itu. Bunda berkali-kali pula mengoreksi gerakan dari istriku. Kuakui gerakan arahan bunda itu jika dilakukan secara benar oleh istriku memberi rasa nikmat yang luar biasa. Kemaluanku seperti dipelintir-pelintir. 



Tapi dia berkali-kali salah karena bingung.Entah karena terangsang atau karena geram mengajari anaknya tidak melakukannya secara benar, istriku di suruh minggir. Eh dia manut saja. Yang membuatku terbengong-bengong. Bunda sudah telanjang naik ke tempat tidur langsung duduk di atas kemaluanku dan ditancapkannya kemaluanku di lubang kemaluannya yang sudah licin. Bunda langsung melakukan gerakan memutar. Rasa nikmatnya memang luar biasa. Aku jadi lupa diri dan tanganku otomatis meremas-remas kedua susu besar yang tersaji di depanku. Aku sebetulnya ingin bertahan, tetapi kepiawaian bunda mengolah gerak membuatku jebol. Tanpa aba-aba kulepas tembakan air mani ke dalam kemaluan bunda. 

Dia terus memeras kemaluanku sampai akhirnya kemaluanku melemas dan keluar dgn sendirinya dari lubang kemaluan bunda.“Yaaaa bunda kok dihabisin sendiri, aku tadi kan sedang nanggung, “ kata istriku komplain.Bunda berusaha menenangkan anaknya dalam bahasa campuran Indonesia dan Jerman. Dia mengajari anaknya untuk bisa membangunkan kemaluan dgn waktu relatif singkat. Tanpa rasa jijik dan malu. Bunda langsung mengulum kemaluanku dgn gaya menyeruput kuah sup. Olahan lidahnya di sekitar kepala kemaluanku dan suara menyeruput membuat aku jadi bergairah. Bunda merangsang melalui hampir semua indraku. Mataku terpaku melihat belahan kemaluan bunda yang terpampang di depan mataku. 

Dia mengatur posisi nungging membelakangiku.Bunda Dan IstrikuMelalui pendengaranku ikut merangsang karena mendengar seruputan mulut bunda di kemaluanku, Saraf perabaku merasa terpacu merasakan leher kemaluanku di tekan-tekan oleh ujung lidah bunda, dan yang lebih memukau lagi kemaluannya bunda digoser-goserkan di mulutku yang sedang menganga keheranan.Tidak sampai 10 menit kemaluanku sudah tegak mengeras. 



Bunda lalu bangkit dan memberi kesempatan kepada istriku untuk melanjutkan permainan. Istriku mulai mahir melakukan gerakan memutar. Mungkin gerakan itu membuat dirinya terasa maksimal merasa nikmat sehingga dalam waktu relatif singkat dia sudah mengerang mencapai klimaksnya.Aku tidak memberi waktu istirahat terlalu lama. Posisi segera aku balik dgn menelentangkan dirinya dan aku langsung menikam kemaluannya dgn kemaluanku yang sudah mengeras sempurnanya. Aku mengenal betul posisi yang disukai istriku, sehingga aku menggenjotnya terus pada posisi yang disukai itu. 

Pada posisi MOT istriku sampai mendapat 3 klimaks yang jaraknya dekat-dekat. Mungkin karena lama-lama kemaluannya terasa ngilu akibat aku genjot terus walau dia klimaks. Dia minta aku menyudahi permainan. Padahal aku masih jauh dari finish.“Sudah-sudah kasihan dia kecapaian,” kata bunda. Aku terpaksa berhenti dan mencabut kontolku yang sedang garang. Bunda mendorong badanku sehingga aku jatuh telentang. Belum sempat aku menyadari situasi yang akan terjadi. Bunda sudah berada diatas kemaluanku dan dia langsung menyarangkan senjataku ke kemaluannya. Bunda langsung bergerak aktif dgn pusaran mautnya. 

Kali ini aku berusaha bertahan untuk tidak cepat jebol. Bunda makin bersemangat dan akhirnya dia pun mencapai klimaks dan ambruk di dadaku. Karena masih ada kemampuan aku membalikkan posisi dan bunda aku tindih dan langsung menggenjotnya. Aku terus berusaha mencari posisi yang dirasa bunda maksimal rangsangannya. Setelah kutemukan posisi itu dgn tanda erangan-erangan bunda aku menggenjotnya terus.



Bunda mencapai lagi klimaksnya dan dia berusaha menghentikan gerakanku dgn memeluk badanku erat-erat sehingga aku sukar bergerak. Aku merasa sekujur kemaluanku dipijat-pijat oleh dinding kemaluan bunda. Saat pelukannya merenggang aku kembali memacunya. Harus kuakui bahwa kemaluan bunda masih cukup ketat mencengkeram batang kemaluanku. 

Dia mempunyai teknik yang bagus mengolah lubang kemaluannya sehingga mengesankan bahwa lubangnya mencengkeram. Aku merasa kemaluanku terus menerus seperti dipijat-pijat oleh dinding kemaluannya. Aku hanya mampu memberi bunda satu puncak lagi yang datangnya bersama-sama dgn puncakku. Aku mengerang bersamaan dgn bunda dan melepas air maniku dgn menghunjam kemaluanku sedalam-dalamnya ke kemaluannya.Bunda kuakui sangat jagoan menservice laki-laki. Walaupun aku senang dan bahagia, tetapi dalam hatiku masih bertanya, kenapa istriku memberi kesempatan bundanya menikmati kontolku. Dia malah tidak terkesan sama sekali cemburu, atau kecewa. 

Dia tetap menyanyangiku . Buktinya selesai aku menggenjot bundanya aku dipeluknya erat-erat sampai kita tertidur. Paginya sewaktu aku bangun, kudapati kita tidur bertiga dalam keadaan bugil di dalam selimut. Air maniku berceceran dimana-mana mengotori sprei dan selimut. Kubangunkan istriku, dan mertuaku juga ikut bangun. Kita bangkit bertiga dan bergandengan kita menuju kamar mandi. Bertiga kita mandi telanjang saling menyabuni dan saling mengeringkan badan dgn handuk. Setelah itu kita tidak lagi mengenakan pakaian sarapan pagi dan terus sepanjang hari bertelanjang di rumah.Istri tidak segan-segan mengentotiku di ruang keluarga di depan bundanya. 

yang lebih aneh istri membiarkan bundanya sewaktu bunda ingin menyebadaniku. Prakteknya aku seperti mempunyai dua istri yang bisa kugarap dalam satu ranjang kapan pun waktunya. Dua istri satu ranjang sudah kedengarannya aneh, yang kualami lebih aneh lagi karena dua perempuan itu adalah anak dan ibu. Aku sempat khawatir, air maniku membuahi rahim bunda. Istriku menjelaskan bahwa ibunya telah disteril, jadi tidak bisa dibuahi lagi.Anak dan ibu mempunyai nafsu sex yang luar biasa dan kadang-kadang agak aneh juga. Anehnya istriku sering menyuruh bunda merangsangku, sewaktu aku sedang asyik menikmati tayangan sepak bola di tengah malam. Aku sebenarnya ingin menolak karena semula lebih menginginkan konsentrasi menonton pertandingan, tetapi, aku tak kuasa menahan rangsangan bunda, sehingga konsentrasiku ke TV buyar.

Keuntungan Menjadi Marketing



Keuntungan Menjadi Marketing

KASIR4D - Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan kantorku keluar kota untuk mengikuti training, melakukan negosiasi dan maintenance pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing .

Oh iya, Perkenalkan nama saya Urip, 30 Tahun, berkeluarga dan tinggal di wilayah jakarta timur. Bekasi kali yah lebih tepatnya. Sebetulnya sejauh ini tidak ada yang kurang dengan keluarga dan profesiku sebagai orang marketing. Sebagai tenaga penjual dengan berbagai training yang pernah kuikuti, aku tidak pernah kekurangan teman pria ataupun wanita.

Di mata istriku aku adalah seorang suami yang baik, penuh perhatian dan selalu pulang cepat ke rumah. Namun di balik itu, sebuah kebiasaan, yang entah ini sudah kebablasan, aku masih suka iseng. iseng dalam arti awalnya cuma ingin memastikan bahwa ilmu marketing ternyata bisa diterapkan dalam mencari apapaun termasuk teman cewek. Marketing menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah si cewek tadi juga bisa tergolong customer. 

Anyway, Jenni adalah orang kesekian yang masuk perangkap ilmu marketing versi 02 (versi 01 adalah customer beneran).Jenni gadis berkulit putih berumur 23 tahun, lulusan univ ternama, tinggi 167, berat 50, (buset, kapan gue ngukurnya ya). Ukuran bra gak hapal, karena sebetulnya aku lebih terkonsentrasi dengan yang di balik bra itu. Mojang Bandung ini kukenal dalam sebuah training di Puncak, Bogor. Dia dari sebuah perusahaan Periklanan di seputaran Sudirman Jakarta dan aku dari perusahaan konsultan Manajemen di sekitar Casablanca, juga di Jakarta.

“Hai Jenni, tadi kulihat kamu ngantuk ya?” kataku ketika rehat kopi sore itu di sebuah training yang kuikuti.
“iya nih, gue ngejar deadline 2 hari dan boss langsung nyuruh ke training ini” katanya.
“Kemari dengan siapa?” kataku menyelidik
“Sendiri.., kenapa, elo diantar ama bini ya?” Buset dah ketahuan nih gue udah punya bini.
“Ah, enggak, gue sama Remi.. tuh..” kataku sambil menunjuk Remi yang sedang asyik ngobrol dengan peserta lain.

“Lo sendiri kok gak ngantuk sih?”
“Gimana bisa ngantuk sebelah gue ada cewe cakep, hehehe..”
“Ah, masa? Siapa?” Ye, pura pura dia, pikirku.
“itu tuh, yang tadi ngantuk..”

“Ah, sialan lo..” sambil tangannya mencubit lenganku. Usai sesi yang melelahkan sore itu, kami kembali ke kamar masing masing.Aku antar dia sampai pintu kamarnya dan janjian ngobrol lagi sambil makan malam.“Hmm..elo kok nggak bawa jaket Jen?” kataku ketika dia kulihat agak meringkuk kedinginan di meja makan.
“iya nih, buru buru.. kelupaan”

“Aku masih punya satu di kamar, biar aku ambilkan”
“Oh, gak usah Urip.. toh cuma sebentar..” Tapi aku keburu pergi dan mengambilkan baju hangatku untuknya.
“Thanks, Urip.. elo emang temen yang baik” katanya sambil mengenakan sweater. 
Aku membayangkan seandainya aku jadi sweaternya. 

Usai makan nampaknya dia buru buru ingin masuk ke kamar.Jenni tidak menolak ketika aku menawarkan mengantarkannya. Di depan pintu kamar dia malah menawarkan aku masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk dicinta ulam tiba. Aku pura pura lihat jam. Masih jam besar 20.15.“Lain kali aja deh, gak enak kan ntar apa kata teman teman” kataku agak nervous tapi dalam hati aku berdoa, mudah mudahan dia tidak basa basi.

“Cuek aja Urip, kita kan ada tugas bikin outline..” Memang kebetulan aku dan Jenni satu group dengan 3 orang lainnya, tetapi tugas itu sebetulnya bisa dikerjakan besok siang. Akhirnya aku masuk, duduk di kursi.Jenni menyetel TV lalu naik ke ranjang dan dengan santai duduk bersila.“Gimana Jen, kamu udah punya gambaran tentang tugas besok?” kataku basa basi.

“Belum tuh, males ah ngomongin tugas, mending ngobrol yang lain saja” Horee.. aku bersorak, pasti dia mau curhat nih. Bener juga.
“Urip, gue jadi inget cowok gue yang perhatian kayak elo..sama bini elo juga begitu ya?”
“Yah, Jenni.. biasa sajalah, sama siapa siapa juga orang marketing harus baik dong, apa lagi sama cewe kayak elo.. hehehe..”

“Tapi gue akhirnya mengerti kalau cowo perhatian itu gak hanya sama satu cewe, tul gak sih?”
“Tergantung dong Jen, buktinya gue punya bini satu, hahaha..”
“Tapi kayaknya elo juga punya cewe lain.. ya kan?”
“Kok tau sih?” kataku pelan.

Aku jadi ingat Dewi mahasiswi yang minta bantuanku menyelesaikan skripsinya dan akhirnya bisa tidur dengannya. Tapi sungguh, aku tidak merusaknya karena aku mengenalnya dengan cara baik baik dan dia tetap virgin sampai akhirnya menikah.“Stereotip saja, berbanding lurus dengan keramahan dan perhatiannya” katanya lagi dengan senyum yang genit. “Kenapa emang Jen, elo lagi ada masalah dengan cowo lo yang ramah itu?”

“Justru itu Urip, gue lagi mikir mau putus sama dia. Eh, sori kok malah curhat..”
“Santai aja Jen, setiap orang punya masalah dan banyak cara menghadapinya” kataku seolah psikolog kawakan.
“Gue melihat dia jalan ama temen gue, dan kepergok di kosan temen gue itu”
“Trus?”
“Gue gak bisa maafin dia..”
“Ya, sudah mungkin kamu masih emosi saja, santai saja dulu masih banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dia pasti pulang ke pangkuanmu..” kataku.
“Kadang gue pengen balas aja, selingkuh sama yang lain, biar impas..”
“Hmm.. tapi itu kan gak menyelesaikan?”
“Biar puas aja..” Tiba tiba dia menangis.

Wah gawat nih, pikirku. Aku mendekat dan berusaha membujuknya. Lalu entah bagaimana ceritanya aku sudah memeluknya.“An, jangan nangis, entar orang orang pada dengar” Bukannya mereda, tangisnya malah makin keras. Kudekap dia sehingga tangisnya teredam di dadaku. Jantungku berdebar tak karuan.Telunjukku menyeka air matanya. Kupandangi wajahnya. Bodoh amat nih cowoknya, cewe cakep begini kok disia siakan pikirku. 

Dan tanpa sadar aku mencium pipinya, dia melihatku dengan mata sayu lalu tiba tiba Jenni membalas dengan kecupan di bibir. Wah, seperti keinginan gue nih, pikirku dalam hati.Dan seperti kehilangan kontrol akupun membalas menghisap bibir mungil yang harum dan merekah itu. Jenni membalas tidak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulai naik. Dengan lembut kutidurkan dia. Dan dengan lembut pula tanpa kata kata, dari balik sweater aku sentuh kedua bukit kembar menantang itu. Jenni mendesis desis.“Terus rip, perhatian elo bikin gue jadi wanita..”

“Tenang sayang, wanita seperti kamu memang pantas diperhatikan.. hmm?” Seperti minta persetujuannya, perlahan aku angkat sweater dan tshirtnya.Sekarang kedua bukit kembarnya terbuka. Buset dah, putingnya sudah menonjol keras dan tak ada waktu lagi untuk tidak menyedotnya. Aku memang paling hobby menetek dan menghisap benda terindah di dunia ini. Jenni terus mendesis desis. Tangannya juga sudah menggenggam senjataku yang mulai mengeras.“Uh.. ahh.. uh..”
“Jenni.. tubuhmu indah sekali..” Kataku memuji seperti halnya memberi pujian kepada customer perusahaanku.

“Ayo, Urip.. jangan dilihat saja, aku rela kamu apakan saja..”
“iya, sayang..” kataku, sambil tanganku merogoh bagian depan celana jeans nya.Tangannya membantu membuka resletting dan dengan cepat Jenni sudah terlihat dengan CD warna kremnya. Hmm, seksi sekali anak ini, pikirku. Hmm..dari balik CD-nya terlihat bulu bulu halus dan hitam legam. Uh, aku sudah tidak sabar lagi namun dengan tenang aku mengelusnya dari luar. Jenni menggelinjang, matanya terlihat saya menahan gejolak. 



Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercium aroma yang sangat kukenal, dia pasti merawat benda yang paling dicari semua laki laki ini dengan baik.“Jenni.. boleh aku cium?” bisikku pelan.Jenni mengangguk lemah dan tersenyum. Perlahan Jenni merenggangkan kedua kakinya. Pasrah. Dengan kedua jariku, kubuka vaginanya dan terlihat klitorisnya yang merah merekah. Basah. Sungguh indah dan harum. Kujulurkan lidahku di sekitar pahanya sebelum mencapai klitorisnya. Jenni mendesis desis dan mulai meracau dan terlihat seksi sekali.

“Ayo, Urip.. jangan buat gue tersiksa.. terus ke tengah sayang..” Aku malah menjilat bagian pusernya membuat dia uringan uringan dan makin bernafsu. Bermain sex memang perlu teknik dan kesabaran tinggi yang membuat wanita merasa di awang awang.“Urip.. gila lo, ke bawah sayang.. please..”
“Hmm.. iya nih, gue emang udah gila melihat memek yang indah ini sayang” kataku terengah engah.Akhirnya lidahku hinggap di klitorisnya. 

Kusibak dengan lembut rimbunan hutan yang sudah becek itu. Kuhirup cairan yang meleleh di sela selanya. Kelentitnya kuhisap seperti menghisap permen karet. Akibatnya pantatnya terangkat tinggi dan Jenni menjerit nikmat. Lidahku terus merojok sampai ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangi, lalu kusedot lagi. Jenni berteriak teriak nikmat. Aku jadi kuatir kalau suaranya sampai keluar. Kupindahkan bibirku ke bibirnya.“Tenang sayang, perang baru dimulai..” Kataku berbisik. ia mengangguk dan perlahan aku putar posisi menjadi 69. Posisi yang paling aku sukai karena dengan demikian seluruh isi memeknya terlihat indah. Batangku juga sudah terbenam di bibirnya yang mungil dan terasa hangat serta nikmat sekali. Kutahan agar aku tidak meletus duluan.“Punya kamu enak Urip..” Pujinya layaknya memuji Customer.


“iya, sayang punya kamu lebih enak dan baguss sekali..” kataku terengah engah.
“Uh, becek sayang..” Aku lanjutkan menjilat seluruh permukaan memeknya dari bawah.Uh, benar pemirsa, siapa tahan melihat barang bagus dan cantik ini. Yang luar biasa, aku yakin dia masih perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung dan benar benar seperti belum pernah tersentuh benda tumpul lain.“Jenni.. kamu masih perawan sayang..”

“iya, Urip.. gue belum pernah..”
“iya, kamu harus jaga sampai kamu menikah..”“Gue gak tahan Urip, cepetan sayang..” Sungguh, meski banyak kesempatan aku belum pernah berpikir memerawani cewek baik seperti Jenni ini, kecuali istriku. Wanita yang kutahu sedang stress dan sedang mencari pelarian sesaat ini harus ditenangkan. Akan buruk akibatnya ketika dia sadar bahwa keperawanannya diberikan kepada orang lain yang bukan suaminya. 

Aku percaya jika sudah mencapai orgasme dia justru akan berterima kasih dan menginginkannya lagi. Kembali kujelajahi kemaluannya. Cepat cepat aku jilat berulang ulang klitorisnya.Dan sodara pemirsa, apa kataku, pantatnya tiba tiba menekan keras wajahku dan mengejang beberapa kali..lalu mengendur.“Uuhh.. gue nyampe Uripn.. aahh.. uhh.. uhh..” Masih dalam posisi 69, Jenni terdiam sesaat, kulihat kemaluannya masih merekah merah.Perlahan ia mulai bangkit dan mengecup bibirku.“Sorry sayang, gue duluan..”

“No problem Jenni.. kamu merasa mendingan?” ia mengangguk, memelukku dan mencium bibirku.
“Terima kasih Urip, elo emang hebat..”
“iya nih, Jenn, gue minta maaf jadi telanjur begini..”“Gak Papa kok, gue juga senang..” Kami mengobrol sebentar namun tangannya masih menyentuh nyentuh batangku. ia mengambilkanku minuman dan menyorongkan gelas ke bibirku. Ketika tegukan terakhir habis, bibirku perlahan mengulum bibirnya. Putingnya mulai mengeras dan aku mulai aksi sedot menyedot seperti bayi. 

Jenni kembali menggelinjang.Aku bisikkan perlahan, “Jenni.. gue pengen menggendong kamu sayang”.“Hmm..mulai nakal ya..” katanya dan merentangkan tangannya. Aku peluk dan angkat dia lalu kusenderkan ke dinding dekat meja rias. Dari balik cermin kulihat pantatnya yang montok dan mulus itu, membuat gairahku meledak ledak. Dengan posisi berdiri, tubuhnya sungguh seksi. 

Aku perhatikan dari atas ke bawah, sungguh proporsional tubuhnya. Segera kusedot putingnya dan jariku sebelah kiri segera mengelus rimbunan hutan lebatnya. Basah, hmm..dia mulai naik lagi. Kelentitnya kupilin pilin pelan dan Jenni mendesis seperti ular. Making love sambil berdiri adalah posisi favoritku selain 69. Perlahan sebelah kakinya kuangkat ke kursi pendek meja rias dan terlihatlah belahan memeknya yang merah merekah, indah dan seksi sekali Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusuri paha bawahnya dengan lidahku. Dari bawah aku lihat wajahnya mendongak ke atas menahankan nikmat. 

Sungguh saat itu Jenni kelihatan sangat seksi. Sebelum lidahku mencapai kelentitnya, aku sibakkan klitorisnya dengan kedua ibu jari.Hmm.. sungguh harum.“Cepat Urip.. gue udah gak tahan.. jilat sayang.. jilat..” Benar benar nikmat melihatnya tersiksa, namun sebetulnya aku lebih tersiksa lagi karena batangku sudah mengeras bagaikan batu. Aku nyaris tak bisa menahan klimaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua kalinya. Benar saja, begitu lidahku menyedot klitorisnya, Jenni langsung mengejang dan berteriak pertanda orgasme. Kusedot habis cairannya. Luar biasa, aku menikmati ekspresinya ketika mencapai orgasme dan itu jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdiri dan aku tekan batangku ke sela sela pahanya dan seketika muncratlah semua. crott.. crott..! Wuahh.. “Oh Urip, kita keluar bersamaan sayang..”“iya, enak banget Jen.. elo membuat gue gila..”
“Sama.., gue berterima kasih elo menjaga gue..”

“Gue sayang kamu Jen..” Pemirsa, begitulah ceritanya. Tak selamanya seks harus membobol gawang. Setelah kejadian itu Jenni makin ketagihan. Dia sangat terkesan bisa mencapai orgasme tanpa merusak keperawanannya. Dia juga menyukai posisi 69 dan posisi berdiri yang bisa mirip 69. Kadang kadang aku datang ke kantornya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahi area area sensitifnya secara cepat dan efisien. Dan pada saat yang sama aku juga mencapai orgasme.

Pesta Sex Di Ruang UKS



Pesta Sex Di Ruang UKS

KASIR4D - Saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di Surabaya. Aku seorang Chinese, tinggi 157 cm, berat 45 kg, rambutku hitam panjang sepunggung. Kata orang orang, wajahku cantik dan tubuhku sangat ideal. Namun karena inilah aku mengalami malapetaka di hari Sabtu, tanggal 18 Desember. Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke 17 ini, dimana aku akhirnya mendapatkan SIM karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan mengendarai mobilku sendiri, mobil Mukidinah ultahku. 

Sepulang sekolah, jam menunjukkan waktu 18:30 (aku sekolah siang, jadi pulangnya begitu malam), aku merasa perutku sakit, jadi aku ke WC dulu. Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan sopir yang menungguku. Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih. Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku. 

Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Mukidin membuka pintu ruang UKS ini. Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya. 

Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma “eeemph… eeemph…”. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas. Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Mukidin ini? Aku sungguh merasa tak berdaya.

“Halo non Felicia… kok masih ada di sekolah malam malam begini?” tanya Mukidin dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Damar. “Saiparr”, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku. Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Mukidin, tapi ternyata Damar yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. “Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini non Felicia yang sering kamu bilang itu kan Din?” tanya Damar pada Mukidin, yang menjawab “iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” tanya Mukidin. 

Sambil tertawa Damar meremas payudaraku makin keras. Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Saipar yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini. Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Saipar tadi itu kan Damar. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Saipar yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah… ? Beberapa saat kemudian Saipar datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Saipar menyeringai dan berkata, “Dengar! Kalian jangan gegabah.. non Felicia ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. 

Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan!”. Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Mukidin, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku. Aku mulai putus asa dan memohon “Pak Saipar.. tolong jangan begini pak..”. Ratapanku ini dibalas ciuman Saipar pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong. “Non Felicia, tenang saja. Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia kok”, kata Saipar sambil tersenyum memuakkan. 

Kemudian Saipar memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini. Saipar kembali ke posnya, Mukidin dan Damar meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu. Dan aku kini hanya bisa pasrah menunggu nasib. Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai. Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi. Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul 20:00. tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka. 

Mukidin masuk, diikuti Damar, Saipar, dan celakanya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Arip dan Ramli. “Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?”, kata Mukidin. Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya. Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang warnanya pink. Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali. 

Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku sedikit banyak merasa jijik juga ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian digangbang tanpa ampun.. Aku terus meronta, tapi tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Saipar menyentuh selangkanganku, menekan nekan klitorisku yang masih terbungkus celana dalam.  Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Mukidin dan Damar, membuat tubuhku panas dingin tak karuan. Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Arip mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan. Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Ramli meraba dan membelai kedua pahaku. 

Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh 5 orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar. “oh.. oh… augh.. ngggg.. aaaaaaagh…” aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. “Enak ya non? Hahaha… nanti Non pasti minta tambah”. Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Damar, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu. 

Kemudian Saipar berkata padaku, “Non Felicia, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika nona tidak macam macam, kami akan melepaskan nona setelah kami puas. Tapi jika nona macam macam, nona akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami. Dan nona tahu kan apa akibatnya? Di situ nona tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya non?”. Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semua. “Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya?” pintaku sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka. 

Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 60 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan. Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang ‘cuma’ berlima ini. Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya… menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut. “Hahaha, non Felicia, sudah kami duga non memang masih perawan. 

Nona masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh nona yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani non Felicia yang cantik ini sejak non masih kelas 1 SMA. Minggu lalu, ketika non ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk menghadiahi non kenikmatan surga dunia. Tenang saja non. Kami memang menginginkan tubuh non, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini. Dan kalo tentang itu tenang non, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang non titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. 

Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut. Non Felicia tadi sakit perut kan? Hahaha…” jelas Saipar sambil tertawa, tertawa yang memuakkan Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima. Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali. Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis penis itu begitu besar.

Saipar mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Saipar menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. “Indah sekali non Felicia, memeknya non. Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali”, puji Saipar. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat penis Saipar, yang ternyata paling besar di antara mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatap sayu pada Saipar. “Pak, pelan pelan pak ya..” aku mencoba mengingatkan Saipar, yang hanya menganguk sambil tersenyum. 



Kini kepala penis Saipar sudah dalam posisi siap tempur, dan Saipar menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku. Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.

Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Mukidin dan Damar, sementara Arip dan Ramli bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Saipar yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku. “Eh.. non Felicia ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non rasakan. 

Tapi ada bagusnya juga lho, memek non pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya”, ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku. “Aduh.. sakit pak” erangku, dan Saipar berkata “Tenang non, nanti juga enak”. Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Saipar kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Saipar terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa. 

Dan Saipar terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi penis Saipar ke dalam vaginaku. Mukidin dan Damar mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek. “Ooooooh… aaaauuuugggh… hngggkk aaaaaaagh… “Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras. Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. 

Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini. “Aduh.. sakit pak Saipar.. ampun”, erangku, namun Saipar hanya tertawa tawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, “terus.. terus..”. Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit. Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Arip ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala. Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Saipar terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. 

Dan Saipar memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku. Penis itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Saipar mulai meracau, “Oh sempitnya non. Enaknya.. ah.. “ sambil terus memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. 

Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku. Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Saipar memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Saipar. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Arip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini. Aku gelagapan, dan Arip berkata “Isep non. Awas, jangan digigit ya!” Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu.  

Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar dibanding dengan penisnya Saipar. Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Arip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meski pun berulang kali aku tersedak. Selagi aku berjuang beradaptasi terhadap sodokan penis si Arip ini, Ramli meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya. “Non, ayo dikocok!”, perintahnya. Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang. 

Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Herto, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Saipar masih tetap bersemayam dalam vaginaku. Melihat semuanya ini, pak Herto membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Felicia?”. Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Arip, dan sedikit berteriak “Pak Herto, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka”. Pak Herto seolah tak mendengarku, dan berkata pada Saipar, “Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. 

Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa… hahaha…”. Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Ramli juga kulumanku pada penis Arip.  Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir. Setelah sadar bahwa pak Herto juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Saipar berkata, “Pak Herto tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Felicia masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Herto dulu. Tapi kalo soal memeknya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih”. Pak Herto tertawa. “Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan?” katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka. 

Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. “aaaaagh.. paaak… sayaaa… keluaaaar….”, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Herto yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur. Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena vaginaku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh penis Saipar yang berukuran raksasa. 

Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus.  Sodokan sodokan yang dilakukan Saipar membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat. Tapi aku tak tahu, kapan Saipar akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 15 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya. Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Ramli dan pak Herto, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar. 

Arip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Arip ini. Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu. Tiba tiba Saipar menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya. Urat penisnya terasa mengorek ngorek dinding vaginaku. 

“Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame?” tanya Saipar pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa. “Akuuur… “, seru mereka, dan Arip segera ke belakangku, kemudian meludahi anusku. “Oh Tuhan… aku akan disandwich.. bagaimana ini..”, kataku dalam hati. “Jangaaaan…. Jangan di situuu…!!” teriakku ketakutan. Namun seperti yang aku duga, Arip sama sekali tidak perduli.  

Aku memejamkan mata ketika Arip menempelkan kepala penisnya ke anusku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Saipar. “aaaaaagh…” erangku ketika penis Arip mulai melesak ke liang anusku. Mataku terbeliak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa. Ludah Arip yang bercampur dengan air liurku di penis Arip yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera anusku, dan aku kembali mengerang panjang. “aaaaaaaaaaaaagh…. sakiiiiiit…. Jangaaaaan…..”, erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku. 

Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Ramli mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam. Sial, ternyata penis Ramli ini agak mirip punya Arip yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku. 

Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Arip mulai memompa anusku.  Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Ramli menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Saipar sedikit tertarik keluar, tapi sebaliknya, saat Arip memundurkan penisnya, penis Ramli juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Saipar kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditambah lagi Saipar sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku. Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada anusku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan. Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. 

Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme! Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. Namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Saipar. Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Saipar bergetar getar. 

Sementara Ramli membelai rambutku dan Arip meremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini. Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Ramli mengorek ngorek tenggorokanku. Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, “hegh.. hu… huoooooooh..”, Saipar melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya. 

Akhirnya Saipar orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Saipar. “Oh.. enake rek, memek amoy seng sek perawan…” kata Saipar, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Arip dan Ramli cukup pengertian. Arip mencabut penisnya dari anusku, dan Ramli tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Saipar yang masih belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar untukku. 

Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis. Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan. Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku. Bahkan Saipar memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya.  Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini. 

Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. “Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu?” pikirku dalam hati. Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali. Lamunanku terputus saat Saipar mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku. “Non, kita lanjutin ya”, kata Ramli yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menurut saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu untuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini. “Ooh… aaah….”, erang Ramli ketika penisnya mulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Saipar tadi, karena diameter penis si Ramli memang lebih kecil. 

Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. “Ooh.. aduuuuh… “, erangku panjang seiring makin menancapnya penis Ramli hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku. Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Saipar yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Arip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Ramli yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku. Baru aku sadar, Ramli ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Arip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap. 

Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan… perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Arip yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak. Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat. Kini Mukidin dan Damar ikut mengepungku. Mereka masing masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral penisnya. “Dioral sekalian Fel, daripada nganggur nih”, katanya dengan senyum yang memuakkan.Ngentot Dengan Felicia Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Herto yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. 



Apalagi Ramli dan Arip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi. “eeeeeemmmmph….”, erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginaku yang terus dipompa Ramli yang juga merem melek keenakan. Tiba tiba penis pak Herto berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Herto dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu. Ramli mengejek pak Herto, “Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya non Felicia? Bagaimana nanti sama memeknya? Seret banget lho pak”, kata Ramli, yang disambung tawa yang lain. Pak Herto terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Saipar. 

Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan. Mukidin yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Damar kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Ramli dan Arip yang semakin gencar menghajar vagina dan anusku. Arip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang “oooooooouuuuggghh…. “, seiring berkedutnya penisnya dalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang. Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Damar menggantikan Arip membobol anusku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada penis Damar, aku tahu penis Damar tidak panjang, tapi… diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Saipar. Oh celaka… penis itu akan segera menghajar anusku. “ooooh… oooooogh… sakiiiit…”, erangku ketika Damar memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk. 

Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Ramli yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Mukidin menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Mukidin ini setipe dengan punya Arip atau Ramli. 

Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Mukidin berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku.  Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Damar menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Ramli yang menghujamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. “Oooooooohh… aaaaaaargh”, seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang. 

Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Ramli di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Mukidin jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Herto tadi. Lalu Ramli yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dan kembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Damar yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Ramli yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas. Ramli membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan penis Ramli yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Ramli, seakan tak ingin penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Ramli ini. 

Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Saipar terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungkan penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Ramli yang bergumul dengan penuh nafsu. Namun penis Ramli yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Ramli pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Saipar segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Saipar segera menjejalkan penisnya yang amat besar itu ke dalam vaginaku. Aku terbelalak, merasakan kembali sesaknya vaginaku. Saipar yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini. Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Saipar dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. 

Dan sodokan demi sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Aku menatap Saipar dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Saipar melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Saipar menggeram ngeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.  Saipar melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Herto yang sudah ereksi kembali. 

Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi. Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam ‘sesi’ ini, memandang yang lain, terutama Mukidin yang belum sempat merasakan selangkanganku. Mukidin yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Mukidin sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam.  Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Mukidin cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. 

Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Herto yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka. Mukidin mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Mukidin sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Damar dan Arip akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku. Sambil keluar Arip berkata, “nanti kasihan non Felicia, kalo memeknya yang bersih jadi kotor kalo kontolku tidak aku cuci”. “iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut l kontoyang kotor seperti ini”, sambung Damar. Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka. Kulayani Mukidin dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Mukidin yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Damar dan Arip. 

Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Mukidin kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubuti ku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua. Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Arip dan Damar untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. “Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya”, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini. “Pak Saipar. 

Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak”, kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku. Tapi Saipar berkata, “Gak usah non. Saya belikan saja”.  Saipar pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Saipar kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus. “Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?”. 

Saipar dengan tersenyum menjawab, “nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Felicia gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non”. Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah. Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Arip dan Damar. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku. 

Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Arip dan Damar bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Arip melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Damar memintaku mengoral penisnya. Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah. 

Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Damar di vaginaku dan Arip di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggenggam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan. Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. 



Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar karena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku. Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Saipar melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Saipar hanya cengengesan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. 

Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku. Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah. “Non Felicia, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya”, kata Saipar. Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, “maksud bapak?”. “Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelum hari Natal. 

Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Felicia datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Herto?” jelas Saipar panjang lebar. Pak Herto mengiyakan dan berkata, “benar Felicia. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu”. Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini… Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang.  

Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat. Sampai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku. Roti ini benar benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. 

Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar. Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku. 

Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi menggangbang aku.

Menikmati Tubuh Mulus SPG Mall



Menikmati Tubuh Mulus SPG Mall

KASIR4D - Aku akan menceritakan Kisah nyata yang pernah aku alami sendiri dengan pacarku tercinta. Panggil saja aku Damar, usiaku saat ini baru 22 tahun, dengan tertulisnya cerita nyata yang pernah aku alami ini semoga bisa menjadi fantasi sex bagi para pembaca. Aku adalah seorang pria single yang bekerja di sebuah perusahaan penyewaan alat berat di Jakarta.Berbicara masalah gaji bisa dibilang gajiku lumayan besar, penghasilanku rata-rata perbulan bisa 12-15 juta rupiah. 

Dari gaji yang aku kumpulkan selama bekerja 2 tahun pada akhirnya aku-pun bisa membeli sebuah mobil BMW yang harganya 500 juta keatas. Sebagai seorang pria single yang mempunyai gaji yang terbilang fantastis dan memiliki sebuah mobil BMW pastinya aku tidak sulit untuk mendapatkan pacar.Aku sering berganti-ganti pacar selama ini, yah bisa dibilang aku playboy sih. 

Nah disini aku akan menceritakan kisah sex yang aku alami dengan pacarku yang sebut saja namanya Dewi. Dewi ini adalah seorang gadis yang bekerja sebagai SPG kosmetik di Lippomall Jakarta. Tau sendirikan SPG kosmetik, pastinya dia sangat cantik, body menarik dan mempunyai kulit tubuh yang putih mulus.

Suatu ketika saat aku dan Dewi libur aku bermaksud untuk mengajaknya membeli TV untuk dikontrakanku, yah kebetulan Tv dikontranku sudah rusak. Ketika itu aku menjemput Dewi dirumah yang letaknya di pondok kelapa, jaktim. Aku menjemputnya sekitar jam 9 dirumahnya. Pagi itu Dewi terlihat sangat sexy sekali.

Dia mengenakan dress ketat terusan yang panjangnya hanya diatas lututnya dan Dressnya tanpa lengan baju. Rambutnya panjang hitam yang terurai membuat semakin sexy saja, belum lagi dress ketat itu membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas dia mataku. Sungguh fresh sekali mataku, pagi-pagi seperti itu sudah dihadapkan dengan tubuh sexy pacarku.

Payudara dan pantatnya yang sedang namun kencang juga terlihat jelas dari balik Dressnya itu. Pacarku yang berjalan berlenggak lenggok seperti model itu-pun segera menuju kemobilku yang sudah parkir di depan rumahnya,“ Pagi sayang, kamu hot banget sih pagi ini, ” ucapku sembari membuka pintu dari dalam mobil.

“ Kayaknya kamu setiap hari bilang gitu deh sama aku, hhe… Aku bernampilan ginikan biar kamu terangsang sayang, hha…, ” ucapnya dengan senyuman manisnya lalu masuk kedalam mobilku.
“ Tahu aja deh kamu sayang kalau aku selalu terangsang kalau lihat kamu,hhe… Yaudah yuk kita jalan, ” ucapku.

“ Okey sayang, ” jawabnya.Saat itu pun aku segera menginjak gas mobilku. Aku yang mengetahui jalan umum yang macet pastinya mengambil inisiatif untuk lewat jalan tol. Setelah beberapa saat aku menginjak gas mobilku akhirnya kami pun masuk ke pintu tol. Aku yang mengira tol itu tidak begitu macet ternyata sama saja macetnya, dari awal masuk pintu tol saja sudah antri lama sekali.Setelah kira-kira 10 menit akhirnya aku-pun sudah masuk jalan tol, jakarta, Jakarta mau jalan umum mau jalan tol tetep aja macet. 



Kemudian aku-pun menyalakan Musik mobil untuk menghilangkan kejenuhanku sembari menikmati jalan tol yang macet. Musik slow aku nyalakan hingga saat itu suasana di dalam mobil terasa romantis “ Sayang romantis banget yah musiknya, jadi pingin peluk kamu deh sayang, ” ucap Dewi.“ yaudah sih peluk aja sayang, lagian kaca film mobilku kan aku kasih yang 80 persen, so kita mau ciuman , mau ML, mau apa aja juga nggak bakal ada yang ngelihat, hha…,” ucapku sembari menyetir.

Kebetulan mobilku ini adalah mobil matic, jadi ketika macet aku tidak begitu lelah. Dengan satu kaki saja aku sudah bisa mengendalikan mobilku. Pas banget sama kondisi dijakarta pokoknya lah. Sembari menyetir aku memang sudah sering berciuman dan berpelukan didalam mobil bersama Dewi. 

Saat itu-pun Dewi mulai memeluku dari samping, “ Sayang aku sayang banget deh sama kamu ” ucapnya. Saat itu  Dewi memeluku sembari mencium bibirku,“ Ah sayang kamu tuh kebiasaan deh, pagi-pagi gini kamu Sudah bikin aku Horny ah, Tuh lihat kontolaku udah berdiri ” ucapku sembari melirik kontol yang tegang didalam celanaku
.
“ Hahaha… mana coba aku lihat, ” ucapnya sembari mengarahkan tanganku pada penis-ku. Saat itu jalan tol memang macet sekali baru masuk 100 meter aja sudah macet, bahkan saat itu bisa berjalan 1 meter-pun. Sembari aku memegang setir, Dewi pun segera mengelus dan meremas penis-ku dari luar celana,

“ SSsshhh… enak banget sayang, terus remas kayak gitu sayang, ” ucapku.
“ Iya sayang, daripada aku boring karena macet mendingan aku elus-elus kontol deh sayang, hha…, ” ucapnya sembari mengelus dan meremas penisku dari luar.

“ Kamu tuh ya nakal banget sih sayang, hha… Sssshhh, ” ucapku merasakan nikmatnya remasan Dewi pada Penisku. Aku yang yakin jalan Tol akan macet berjam-jam maka aku timbulah fikiran untuk ngesex didalam mobil, yah itung-itung buat pengalaman sex yang baru. kontol-ku yang sudah tegang maksimal rasanya sakit sekali jika tertahan didalam celanaku.Tanpa banyak bicara aku pun segera gunakan handrem dan aku netralkan transmisi mobilku,“ Sayang Kita ngentot yuk, aku horny banget nih, habisnya kamu pagi-pagi udah bikin kontol aku berdiri, ” ucapku dengan wajah yang udah sangek (horny). “ 

Nggak mau ah, kamu tuh kayak nggak ada tempat aja, masak kita ngewe didalem mobil, udah gitu ini lagi dijalan tol lagi, ” ucapnya menolak.Mendengar tolakannya aku-pun tanpa menjawab langsung mencium bibirnya, aku tahu Dewi itu orangnya gampang Horny juga seperti aku, yah maklumlah namanya juga anak muda. Kuraih kepalanya dan aku cium bibirnya dengan penuh birahi. Seperti dugaanku dia pasti meladeni hasrat sex-ku. Dia pun membalas ciuman-ku dengan penuh nafsu.Sembari berciuman Dewi-pun mulai membuka resleting dan kancing celanaku. 

Aku yang melihatnya agak kesulitan akhirnya membantunya untuk membukanya. Sembari masih berciuman aku pun membuka kancing celana, resleting sekalian aku mempelorotkan celanaku hingga atas lututku. Aku melakukan itu agar dia mudah ketika mengocok penisku.Dewi“ Sayang udah aku bukain tuh, buruan kocokin kontol aku, ” ucapku melepas ciuman kami sejenak.Tanpa menjawab dia pun segera menciumku kembali, terlihat sekali saat itu dia sudah horny sekali. Disambarlah bibirku, diciumilah bibirku dengan ganasnya, sembari mengocok-ngocok penisku,“ Sssssshhh.. Euhhhhh…, ” lenguhku.

Dikocoknya penisku dengan tangan lembutnya sembari kami terus berciuman. Kenikmatan yang luar biasa bercinta didalam mobil ketika jalanan macet, Ouhhh. Aku yang tidak mau tinggal diam, aku pun segera mengarahkan tanganku pada vaginanya, mulailah aku selipkan tanganku dari balik dressnya. Akhirnya tanganku menemukan mainan juga, sebuah daging empuk yang menyembul imut.Mulailah aku mengelus-elus vagina Dewi yang masih terbungkus celana dalam, beberapa menit saja aku mengelus-elus vagina-nya dari balik celana dalamnya dia sudah basah,“ Euhhhhhhh… Enak sayang, Memek aku udah basah sayang, Ouhhh.., ” ucapnya sembari terus memainkan penisku. 

Saat itu kami pun menghentikan ciuman kami, aku dan Dewi saling memberi rangsangan satu sama lain. Menciumi telinga, leher, sembari terus mengocok penis-ku dengan gemasnya.Aku yang juga sudah Horny dari tadi, aku berikan rangsangan kepada Dewi seperti apa yang dilakukannya kepadaku. Aku mengelus-elus memeknya sembari menciumi lehernya.Didalam mobil BMW-ku yang mempunyai kaca film 80 persen, membuat kami berbuat apa pun didalam mobil, kami sama sekali tidak terlihat dari luar. 

Lagian orang juga tidak akan menyangka jika kami berbuat mesum didalam mobil, soalnya mereka pasti stress merasakan kemacetan dan hanya fokus saja pada kemacetan.Beberapa saat kami-pun sama-sama memberikan rangsangan sex, penisku yang sudah mulai mengeluarkan lendir, menambah nikmat kocokan Dewi karena semakin licin saja ketika dikocok,“ Enak sayang terus sayang, Ouhhhh…, Sayang lepas celana dalam kamu dong, biar aku enak mainin memek kamu, ” ucapku dengan manja dan wajah mesum.

“ Iya sayang, kayanya kamu bakal perkosa memek aku yah,hahaaa…, ” ucapnya sembari melepas celana dalamnya.Setelah terlepas dimasukanlah celana dalamnya di dashboard mobilku,
“ Sekalian BH-nya dong sayang, ntar aku susah dong kalau remas toket kamu ” pintaku.
“ Iya, iya bawel, ” ucapnya lalu melepas Bh-nya dan dimasukan didalam dashbord juga.
“ Nah gitu dong, sekarang sepongin aku bentar ya sayang, ” ucapku.

“ Ihhhhh… banyak maunya deh kamu… yaudah sini, ” ucapnya sedikit sebal namun manja.Dengan Birahi yang menggebu-gebu Dewi pun segera meraih penisku didalam mobil saat itu. Posisi Dewi yang tadinya duduk, kemudian dia pun menungging diatas jog, dengan menghadap padaku. Dengan posisi-nya yang menungging itu kemudian dikulumlah penisku,“ Uhhhhhhhhh… Sssssss… kamu memang selalu bisa buat aku melayang sayang, kuluman kamu semakin hari semakin dahsyat saja, Ahhhhh.., ” ucapku memuji kulumanya.Dia yang sibuk mengkulum penisku tidak lagi menanggapi perkataanku. Memang sungguh hebat sekali Dewi dalam berhubungan sex. Dia mengkulum dengan menyedot kuat penisku, Ohhh, rasanya luar basa sekali. 

Penisku rasanya seperti tersedot oleh vacuum. Sesekali Dewi melepas kulumanya untuk menjilati batang penis, buah zakar bahkan selangkanganku. Kunikmati kuluman demi kuluman Dewi yang luar biasa itu didalam mobil. Aku yang ingin sama sama enak pada akhirnya aku meminta Dewi agar mengganti posisi bercinta kami dengan posisi 69.Gila nggak tuh, bercinta didalam mobil dengan gaya sex 69 ketika macet didalam jalan tol.Dewi tanpa banyak bicara pun menganggukan kepalanya, tanda bahwa dia setuju. 

Aku-pun segera merebahkan tubuhku dari tempat dudukku hingga tempat duduk Dewi. Aku yang sudah Horny tidak perduli lagi dengan punggungku yang menimpa handrem mobilku, sebenarnya agak sakit tapi demi sex aku rela kesakitan.Aku yang sudah merebahkan tubuhku dan berada di bawah selangakangan Dewi segera menyibakan Dressnya hingga keperutnya agar tidak menggangu ketika aku menjilat dan menyedot vagina Dewi. 



Saat itu karena didalam mobil aku-pun maka kakiku-pun aku tekuk agar nyaman ketika bercinta. Setelah kami berada dalam posisi sex 69 kami-pun segera memulai percintaan kami.Mulailah kami saling mengisap dan menjilati alat kelamin kami,“ Ssssshhh… Eughhhh… Ouhhhh…, ” desah kami bersahut-sahutan.Memek Dewi semakin basah saja ketika aku menjilati memeknya. Dia mendesah, dan tubuhnya sering menggelinjang. 

Sebaliknya aku juga seperti itu, kuluman Dewi semakin liar saja ketika aku mengimbangi hubungan sex kami dengan menjilati, sesekali menyedot itil-nya. Kami tidak perduli lagi dengan keadaan diluar mobil kami lagi.Entah mobil kami bergoyang atau tidak, missal pun bergoyang-pun tidak masalah, yang penting aku bisa bercinta. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya sex 69, gairah sex kami untuk segera ML-pun semakin tidak tertahan.

“ Sayang udah yuk 69-nya aku udah pengen masukin kontolmu ke memekku, Aku yang diatas yah, ” ucap Dewi penuh nafsu.
“ Iya sayang, aku juga udah nggak kuat lagi, Ouhhhh…, ” ucapku.Kemudian aku dan Dewi pun segera merubah posisi kami. Aku bangun dari rebahan lalu aku duduk diatas kursi ku lagi,“ Oh iya sayang, ” ucapku.
“ Sayang aku masukan yah, ”ucap Dewi.
“ Iya sayang, tapi aku mundurkan dulu yah kursinya biar kita ngentot-nya nyaman, ” ucapku lalu memundurkan kursi ku ke belakang.

“ Jeglekkk… Sreeeeeeekkk… Glek…,” suara kursiku.Melihat posisi kami sudah saling nyaman, Dewi pun segera memasukan penisku didalam vagina nya,“ Blesssssssssssss….., Ouhhhhhhhhhh… Sssssssssssshhh…, ” desah Dewi.Dewi yang sudah Horny sekali lalu segera bergoyang diatas penisku, posisi Dewi saat itu duduk diatas pangkuanku dan wajahnya menghadap pada wajahku. Kulihat dia bergoyang dengan liarnya mengebor penisku. 

Penisku serasa diblender didalam memek Dewi. Dia terus bergoyang sembari kedua tangannya berpegangan pada pundakku.Dia bergoyang memutar, maju mundur, dan naik turun dengan lincahnya diatas pangkuanku. Memeknya benar-benar nikmat sekali. aku hampir saja keok dibuatnya. Aku yang pengalaman juga dalam berhubungan sex, akhirnya bisa menahan goyangan sex Dewi. Aku atur nafasku dan aku alihkan pikiranku agar aku tidak cepat klimaks.“ Ahhhh.. Ouhhhh… Ssssshhh… Ahhhh… Yeah… Eummhhhh…, ” desah Dewi tidak  karuan. Ketika kurasakan aku tidak lama lagi akan klimaks nih, aduhhh kalah deh Gue, ucapku dalam hati. Namun tiba-tiba saja Dewi mendesah dan menghentikan goyanganya,
“ Aghhhhhhhhhhh… Uhhhhhh… aku ngecrottt sayang… Ssssshhh.. Uhhhh…, ” ucapnya puas mendapatkan klimaksnya.

“ Iya sayang, Ayo goyang lagi biar aku keluar…, ” ucapku penuh birahi.Saat itu Dewi bergoyang lagi dengan liarnya, dia meminta aku meremas payudaranya sembari terus bergoyang diatas tubuhku. Aku remas payudaranya, semakin liar saja dia goyanganya, “ Yah sayang seperti itu, terus.. aku bentar lagi keluar, ” ucapku sembari meremas payudaranya. Sekitar 1 menit setelah itu aku-pun akhirnya, “ Ahhhhhhhhh… Cruttttttttt… Crutttttttttt… Crutttttttttttt, ”“ Akhirnya meledaklah spermaku dimemeknya”

“ Aku keluar sayang, ahhhh… Nikmat sekali sayang,,, uhhhh…, ” ucapku.
“ Iya sayang, kapan-kapan kita ngentot lagi ya sayang, ” ucapnya ketagihan. Bermaksud menikmati sisa-sisa orgasme tiba-tiba saja jalan mulai lancar, terdengar klakson berbunyi dibelakangku dengan kerasnya,

“ Thinnnnnnnnnnnnnn… Thinnnnnnnnnnnnnn… Thinnnnnnnnnnnnnn… , ” suara klakson berbunyi berkali-kali.

“ Sialll… uda sayang udah jalan nih, hhahahaha…, ” ucapku sambil tertawa.
“ Hahaha.. iya sayang, lagian kamu aneh-aneh sih, masak ngewe didalem mobil udah gitu pas dijalan Tol lagi ,,,hhha…, ” ucapnya.Kemudian Dewi-pun kembali ketempat duduknya dengan posisi memeknya yang masih basah dengan lendir kawinya. Aku yang terburu-buru langsung saja aku majukan kursiku lalu aku injak gas mobilku. Aku tidak sempat mencopot kondom dan menaikan celanaku lagi saat itu. 

Lucu sekali rasanya. Akhirnya aku injak gas mobilku dengan posisi penisku yang masih terbungkus kondom.Dewi saat itu membersihkan vagina nya seiring berjalanya mobilku lagi. Di bersihkanya dengan tisu lalu dia kenakan lagi BH dan Celana dalamnya. Selesai itu dibasuhnya penisku dengan tisu basah agar bersih. Beberapa saat aku menginjak gas mobilku melihat ada jalur darurat aku pun menepikan mobilku untuk membenahkan celanaku,“ Sayang lucu yah kita tadi, untung aja kita udah ngecrottt, kalau nggak kan bisa pusing kita karena nggak dapetin puncak kita yah sayang, hha.., ” ucapku.

“ Iya ya sayang, hhhaaa… kapan-kapan kita coba sensasi sex yang lain yah, hha…., ” ucapnya ketagihan.