Perkosaan Terhadap Calon Pengantin

Perkosaan Terhadap Calon Pengantin

KASIR4D - Aku pernah berbagi kisah dengan teman-teman pembaca semua, dan aku akan melakukan hal yang sama sekarang untuk yang kedua kalinya. Statusku yang bebas (mahasiswa perantau) membuatku tidak terbatas dalam berbagai aktifitas, walau seringkali diantaranya bermuatan negatif. Pengalaman ini terjadi pada tahun 2015 di bulan November, dimana kota Surabaya sedang diguyur hujan. Merupakan pemandangan langka kalau Surabaya dicurahi hujan, karena lebih sering kota ini berada dalam kondisi kering.Kesempatan itu kumanfaatkan untuk berkeliling mengitari Surabaya karena suhunya agak bersahabat. 

Aku berkeliling dengan menggunakan angkutan umum, ke tempat-tempat favorit dan belum pernah kujalani sebelumnya. Kali ini aku bersantai di Galaxy Mall, yang banyak dikunjungi WNI keturunan. Mataku liar melirik-lirik wanita putih mulus dan trendy. Entah kenapa sejak dulu aku terobsesi dengan wanita Chinese yang menurut pandanganku adalah tipikal sempurna dalam banyak hal.Dilantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman. Dengan teknik yang biasa kulakukan, kudekati dia. Kami berkenalan sejenak dan dia menawariku ikut makan. Aku bilang aku sudah kenyang. Dia bernama Dewi. 

Kami seumuran atau paling tidak dia lebih tua dua tahun dariku. Setelah ngobrol agak lama, dengan mengeluarkan jurus empuk tentunya, dia mengajakku pulang bersama, karena aku mengaku akan menunggu angkutan sampai hujan reda. Akhirnya, aku pun setuju, dan segera berangkat bersamanya.

Di dalam mobil, aku tak bisa tenang karena ketika menyetir, aku bisa melihat dadanya yang montok dan paha mulusnya bergerak gesit menguasai kemudi. Tapi dia tidak menyadari itu, karena aku tahu dia tidak akan suka. Hal itu kusadari dari pembicaraan sebelumnya. Dia kelihatannya wanita baik-baik. Tapi konsentrasiku sangat terganggu apalagi jalanan di kota Surabaya yang tidak rata membuat dada indah yang bersembunyi di balik bajunya bergoyang-goyang. Ditambah lagi harum tubuhnya yang sangat merangsang. 

Akhirnya timbul pikiran jahat di otakku.Aku pindah ke belakang ya.. kataku. Kenapa? Aku ngantuk, mau tiduran, nanti turunkan aku di jalan Kertajaya, kataku berpura-pura. Saat itu sejuta rencana jahat sudah merasuki otakku. Ok, tapi kamu jangan terlalu pulas ya.. nanti ngebanguninnya susah, katanya polos. Di kala otakku sudah kesetanan, tiba-tiba.. Jangan berisik atau pisau ini akan merobek lehermu, ancamku seraya menempelkan pisau lipat yang biasa kubawa. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.Don.. apa-apaan nihh..? teriaknya gugup, karena terkejut. 

Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam! bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat. Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu. Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon.. cepat..! Ehh.. iiya.. iyahh.. jawabnya dengan sangat ketakutan. Tas yang tadi diletakkan di jok belakang segera kubuka. Seluruh uang dan kartu kreditnya langsung berpindah ke kantongku.Bawa ke Pinang Inn.. cepat! bentakku lagi. Kali ini aku sudah pindah ke jok depan, dan pisau kutempelkan di pinggangnya. 

Sepanjang perjalanan wajahnya pucat dan sesekali memandangiku, seolah minta dikasihani. Jangan mencoba membuat gerakan macammacam.. atau kamu kulempar ke jalan.. mengerti? ancamku lagi sambil berganti posisi.Aku mengambil alih kemudi. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Mungkin iblis sedang menari-nari di otakku. 

Dia hanya membisu, dengan tubuh gemetar menahan rasa takut. Tiba-tiba HPnya berbunyi, kurebut HP itu dan kuhempaskan di jalan sampai pecah. Ingat.. jangan bertindak aneh-aneh.. kalau masih ingin hidup.. pesanku sesampainya di parkiran Pinang Inn. Mobil langsung masuk garasi, dan aku menghubungi Front Officer. Kubayar, lalu kembali ke garasi.Keluar..! Dengan wajar kugandeng dia masuk kamar. 

Kukunci dan kusuruh dia telentang di kasur yang empuk. Kunyalakan TV channel yang memutar film-film biru. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria. Dia kelihatan semakin ketakutan, ketika melihatku langsung membuka baju dan celana. Dengan hanya menggunakan CD, kurebahkan tubuhku di sampingnya dengan posisi menyamping. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya. Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. atau besok mayatmu sudah ditemukan di laut sana.. paham?Sam.. ke.. ke.. napaa.. jadi be.. gii.. ni? Apa.. salahku? dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh. 

Salahmu adalah.. kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar.. Segera, seluruh bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kini dia telanjang bulat di antara serpihan pakaian mahal yang kusayat-sayat. Dia menangis, mata sipitnya bertambah sipit karena berusaha menahan air mata yang mulai mengalir deras ditingkahi isaknya yang sesenggukan. Sejenak aku tertegun menyaksikan keindahan yang terpampang di hadapanku.DewiDada putih mulus yang montok, tubuh langsing, dan.. ups.. liang kemaluannya yang merah muda bersembunyi malu-malu di antara paha yang dirapatkannya. 



Kubuka pahanya. Jangann Sam.. kumohon jangan.. pintanya memelas. Aku sudah tidak peduli. Hei.. Dewi.. bisa diam nggak? Mau mati? Hah..? ancamku sambil menampar pipinya. Wajahnya sampai terlempar karena aku menamparnya cukup keras. Silakan menjerit.. ini ruangan kedap suara.. ayo.. menjeritlah.., ejekku kesenangan. Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama.Sesekali dia menatapku. Ada juga desah aneh di bibirnya yang tipis. Aku terus mengelus kemaluan itu, sambil dua jariku yang menganggur mempermainkan puting susunya bergantian. Dia hanya bisa mendesah dan menangis. Kudekatkan wajahku ke sela paha mulusnya. Dengan perasaan, kukuak liang kemaluannya, indah sekali. Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kemaluan wanita seindah itu. 

Bentuknya agak membukit mungil, ditumbuhi bulu yang halus dan lemas.Bibir kemaluannya kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Kujilati dengan perlahan, mengitari seluruh permukaannya. Shh.. Sam.. Samm.. jangaann.. sshh.. Dewi sampai terduduk. Ada sesuatu yang lucu. Dalam situasi itu sempat-sempatnya dia menggoyang pinggulnya mendesak mulutku, dan menjambak rambutku sesekali. Dalam hati aku tertawa, Dasar wanita.. munafik. Ayo.. Wii.. ayo.. kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya. Saat itu kesadaranku perlahan hadir. Perlakuanku kubuat selembut mungkin, namun tetap tegas agar Dewi tidak bertindak ceroboh.Kali ini lidahku mengait-ngait klitorisnya beraturan namun dengan arah lidah acak. Dia makin bergetar. 

Goyangan pinggulnya terasa sekali. Lho.. diperkosa kok malah enjoy.. ayo.. nangis lagi.. mana..? olokku. Samm.. jangannhh.. janganh.. balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari selangkangannya. Tapi setelah kepalaku digerakkan ke samping, malah ditariknya lagi hingga mulutku langsung terjatuh di bibir kemaluannya.Aku pun paham, dia ingin menunjukkan ketidak sudiannya, namun di lain pihak, dia sangat menginginkan sensasi itu. Nih.. aku kasih bonus.. silahkan menikmati.. kataku sambil melanjutkan jilatanku. Sementara tanganku yang kiri membelai payudaranya bergiliran secara adil. Kiri dan kanan. Sementara tangan kananku kuletakkan di bawah pantatnya. Pantat seksi itu kuremas sesekali.Oghh.. sshh.. Nina menggelinjang menahan nafsu yang mulai merasuki dirinya. Sesaat dia lupa kalau sekarang dia dalam keadaan terjajah. Sshh.. terrusshh.. Perlahan lahan, cairan yang kunanti keluar juga. Secara mantap, lendir bening itu mengalir membasahi liang kemaluannya yang semerbak. Samm.. Samm… 

Dia berteriak di sela orgasmenya yang kuhadiahkan secara cuma-cuma. Aduh.. Wii.. yang benar aja dong.. ringisku karena saat orgasme tadi, kukunya yang lentik melukai pundakku.Maaf.. maaf Samm.. Aku berhenti sesaat untuk memberinya waktu istirahat. Aku berdiri di samping ranjang. Dia terkulai lemas. Pahanya dibiarkan terbuka. Kemaluan genit itu sudah mengundang batang kemaluanku untuk beraksi. Namun aku berusaha menahan, agar pemerkosaan ini tidak terlalu menyakitkan. Kami berpandangan sejenak. Dia sudah tidak melakukan perlawanan apa-apa, pasrah.Sam.. aku tahu kamu sebenarnya baik, jangan sakiti aku yah.. aku mau menemani kamu di sini, asal kamu tidak melukai aku.. pintanya sambil mengubah posisi telentangnya menjadi duduk melipat lututnya ke bawah pantat. Liang kemaluannya agak tersembunyi sekarang. 

Kamu masih perawan nggak? tanyaku ketus. Iyah.. masih.. Nah.. sayang sekali, kalau mulai besok kamu sudah menyandang gelar tidak perawan lagi.. Ah.. dia tercekat.Sam.. semua uang tadi boleh kamu ambil.. tapi mohon jangan yang kamu sebut barusan.. empat hari lagi aku menikah Sam.. kumohon Sam.. Ah.. daripada cowok lain yang merasakan nikmatnya darah segar kamu, mending aku curi sekarang.. kataku cepat sambil mendekatinya lagi. Sam.. jangan.. kumohon.. Diam! Ingat.. pisau ini sewaktu-waktu bisa mengeluarkan isi perutmu.. ancamku.Dewi terkejut sekali, karena menyangka aku sudah berbaik hati. 

Padahal aku juga tidak sungguh-sungguh marah padanya. Mungkin karena aku yang sudah terbiasa berteriak membuatnya ketakutan. Sekarang giliranmu, kukeluarkan batang kemaluanku yang sudah agak terkulai. Kupikir aku nggak perlu menjelaskan lagi cara membangunkan preman yang satu ini.. kataku sambil mengarahkan kepalanya berhadapan dengan batang kemalauanku yang lumayan besar.Sejenak dipandanginya diriku. Tanpa berkata apa-apa dia memegang batang kemaluanku dan mengocoknya perlahan. Dikocoknya terus sampai perlahan, si batang andalanku naik. Cuma itu? tanyaku lagi. Dibuka mulutnya dengan ragu-ragu, kebetulan sekali adegan di TV channel juga sedang memperagakan hal yang sama. Aku sebenarnya ingin tertawa. Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Dikulumnya batang kemaluanku. Aku berdiri di atas ranjang.

Dia berjongkok dan mulai menggerakkan kepalanya maju mundur. Ahh.. aku mengerang merasa nikmat sekali. Kulihat matanya sesekali melirik TV. Biar saja, pikirku dalam hati. Toh ini demi keuntunganku. Dijilatinya kepala kemaluanku. Tapi dia tidak berani menatap wajahku. Auhhgghh.. Jangan dilepas.. seruku tertahan. Aku jongkok dengan mengarahkan kepala ke sela pahanya. Aku telentang di bawah. Posisi kami sekarang 69. Sewaktu berputar tadi dia menggigit kemaluanku agar tidak lepas dari mulutnya. Lucu memang. Dengan bibir kemaluan tepat di atas wajah, kujilati dengan mantap.Kali ini gerakan lidahku liar mengitari permukaan kemaluannya. Sesekali kusedot bukit kecil itu sambil memasukkan hidungku yang kebetulan mancung ke lubang senggamanya. Oghh.. Ahh.. Kami berseru bersahutan. Kubalikkan tubuhnya. Sekarang dia ada di bawah, namun tetap 69. Kali ini aku lebih leluasa menjilati kemaluannya. 

Augghh.. Samm… enakkhh.. terusshh.. pintanya. Lalu kembali menyantap batang kemaluanku dengan garang. Sesekali aku merasakan gigitan kecil di sekitar kepala kemaluan. Pintar juga dia, pikirku dalam hati.Lidahku kujulurkan masuk ke lubang sempit itu dan menari di dalamnya. Pantatku kugoyang naik turun agar sensasi batang kemaluan yang berada di kulumannya bertambah asyik. Sambil menjilat liang kemaluan itu, jari-jariku mempermainkan bibir kemaluannya. Ougghh.. Sam.. enakkhh.. Samm.. ahh.. Samm.. serunya dibarengi aliran hangat yang langsung membanjiri lembah merah muda itu. Sekarang waktunya Wii. Aku mengambil posisi duduk di antara belahan kedua kakinya. Dia masih telentang. Kugesek lagi kepala kemaluanku yang sudah mengeras sempurna beradu dengan klitorisnya yang menegang.

Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Batang kemaluanku itu kuarahkan ke liang memeknya. Jangann.. kumohon Sam… jangan.. serunya tertatih sambil mencengkram batang kemaluanku. Aku bersedia memuaskan nafsumu, dengan cara apa saja, asal jangan mengorbankan pusakaku. Oh ya? Kalau dari anus mau nggak? tantangku. Tapi sebenarnya aku tidak lagi peduli karena kemaluanku sudah minta dihantamkan melesak lubang kemaluannya.Yah.. terserah kamu Sam.. Nggak.. mau.. aku cuma mau yang ini, ini lebih enak.. teriakku sambil menunjuk liang kemaluannya. Nih.. pegang.. masukin.. Dengan ragu dipegangnya batang kemaluanku. Sam… apa tidak ada cara lain? Cara lain? Ada-ada saja kamu.. 

Hei.. kamu jangan bertingkah lagi ya.. jangan sampai kesabaranku hilang. Kamu beri satu milyar pun sekarang aku nggak bakalan mau melepaskan punya kamu itu sekarang. Aku sudah nggak tahan.. paham.. paham? paham..? bentakku dengan nada suara lebih meninggi.Pisau yang tadi kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya. Samm.. sakitt.. jangann.. rintihnya ketika pisau tadi melukai dada putihnya. Aku terkesiap. Namun tak peduli. Ayo.. dimasukin.. kali ini pisau kutekan lagi. Darah segar mengalir perlahan dari luka yang kuperbesar, walau tidak begitu parah. Dengan berat disertai ketakutan, dipegangnya kemaluanku. Diarahkannya ke liang memeknya. Sulit.. sakitt.. Sam.. ampunn.. Sam.. 

Pegang ini, kataku tidak sadar karena memberikan pisau itu ke tangannya.Dia juga tidak menyadari kalau sedang memegang pisau. Lucu sekali. Aku hanya bisa tersenyum kalau mengingat masa itu. Aku menunduk dan menjilati kemaluannya. Dia melihatku menjilati barangnya. Sesekali kami bertatapan. Entah apa artinya. Yang pasti aku merasa sudah memiliki mata sipit yang menggemaskan itu. Digerakkannya pinggul besarnya seirama jilatanku. Kuremas juga susunya yang segar merekah. Augghh.. Ahh.. jilatanku kupercepat. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang tadi. 

Aku kembali duduk menghadap selangkangannya.Tiba-tiba aku sadar kalau sebilah pisau ada di tangannya. Segera kuambil dan kulempar ke lantai. Dia juga baru sadar setelah aku mengambil pisau itu. Namun sepertinya dia memang sudah takluk. Wii.. ludahin ke bawah.. yang banyak.. kataku sambil menunjuk kemaluannya. Kami sama-sama meludah. Kuoleskan liur yang menetes itu ke batang kemaluanku, juga ke kemaluannya. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Aku memandanginya dengan sayang. Dia juga seolah mengerti arti tatapanku itu.Aku segera mengecup bibirnya. Dia membalas. Kami berpagutan sesaat. 



Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya. Ayo dicoba lagi.. Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku. Ah.. Shh Dan.., Oogghh.. aahh.. Shh.. Kepala kemaluanku masuk perlahan. Sempit sekali lubang itu. Kusodok lagi perlahan. Dia hanya bisa menggigit bibir dan mencengkram tanganku. Sesekali nafasnya kelihatan sesak. Namun ada juga desah liar terdengar lirih. Sam.. aku benci.. kaamu..Ngentot Dengan DewiKusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. Aku tahu itu sakit. 

Namun mau bilang apa, nafsuku sudah di ujung tanduk. Brengsek.. Samm… baajingann.. kamu.. shh.. oghh, Aku tak peduli lagi umpatannya. Yang kurasakan hanya nikmat persenggamaan yang benar-benar beda. Shh.. shh.. Samm… Samm…Kupeluk dia erat-erat. Goyanganku makin liar. Aku hanya bisa mendengar dia mengumpat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Beragam ekspresi ada di sana. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah yang hangat. 

Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Seketika tangisnya meledak. Sam… bajingann.. kamuu.. jahatt.. kamu Sam.. ahh.. uhh.. dia memukul dadaku keras sekali. Tangisnya makin menjadi. Aku iba juga. Kutarik kemaluanku dari liang kemaluannya.Darah segar mengalir memenuhi lubang yang memerah padam dan lecet. 

Kemaluanku kukocok sekuat tenaga ketika spermaku muncrat. Ahh.. ahh.. Air maniku memancar keras membasahi dada dan sebagian wajahnya. Dia menangis sesenggukan. Nikmatnya memek perawan kamu Wii.. kataku tersenyum senang. Aku langsung menjilati darah segar yang sudah membasahi pahanya. Segera kugendong dia menuju kamar mandi. Di bibir bak, kududukkan dia.Kuambil kertas toilet dan membasuhnya dengan air. Kuusap darah yang ada di sekitar kemaluannya dengan lembut. Darah di dadanya yang sudah mengering juga kulap dengan hati-hati. Kamu puas sekarang.. bukan begitu Sam? ejeknya di sela tangisnya. Aku terdiam. Aku merasa menyesal. 

Tapi mau bilang apa. Nasi sudah menjadi bubur. Kubersihkan semua darah itu sampai tidak berbekas. Kujilati lagi kemaluannya dengan lembut. Aku tahu, yang ini pasti tidak bisa ditolaknya. Benar, dia mulai bergetar.Dipegangnya tanganku dan diremasnya jariku. Tissue yang kupegang dibuangnya, malah jemariku dituntunnya ke sepasang dada montok miliknya. Ahh.. shh.. sekalian ajaa.. Sam… hamili.. aku.. biar kamu.. lebih.. puass.. katanya sambil menangis lagi. Aku sungguh tak mengerti. Terus terang di sana aku seperti orang bodoh. 

Tapi dengan santai kujilati terus kemaluannya. Diraihnya batang kemaluanku dan dikocok-kocoknya perlahan. Kemaluanku sudah terkulai.Lama dia mencengkeram kemaluanku sampai akhirnya bangkit. Nafsuku kembali membara. Kugendong lagi dia, dan jatuh bersama di ranjang empuk. Kami berpelukan dan berciuman lama sekali. Kumasukkan lidahku ke dalam mulutnya, dan menjilati rongga mulutnya. Entah berapa kali kami saling bertukaran air liur. 

Bagiku, air ludahnya nikmat sekali melebihi minuman ringan apapun. Ketika aku berada di bawah, aku juga menelan semua liurnya tatkala dia meludahi mulutku. Terserahlah, apakah dia marah atau bagaimana. Sepanjang dia merasa bebas, aku melayaninya.Hitung-hitung balas budi. Hehehe.. Aku bergerak ke bawah, menjilati tiap inci sel kulitnya. Lehernya bahkan kuberi tanda cupangan banyak sekali, walau aku tahu empat hari lagi dia akan menikah. Peduli setan. Ahh.. Sam… hhsshh.. yanghh.. itu.. nikhhmatt, serunya tertahan ketika putingnya kusedot dan kujilati dengan bernafsu. Tanganku merayap ke bawah dan membelai lubang kemaluannya yang masih basah. Aku terus merangkak turun, menjilati perutnya dan mengelus pahanya dengan nakal.Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. 

Kali ini bentuknya sudah berbeda. Lubangnya agak menganga seperti luka lecet, namun tidak berdarah. Segera kujilati lagi untuk kesekian kalinya. Samm… enakhh.. nikmathh.. Jari telunjukku kumasukkan lembut ke lubang itu sambil menjilati kemaluannya sesekali. Aduhh.. duh.. enaknyaa.. Sam.. jangan.. berhenti, serunya sambil menggelinjang hebat. Pinggul itu bergerak liar mendesak mulutku.Kutindih dia dan kuarahkan batang kemaluanku. Uhh.. sshh, serunya sesak ketika batang kemaluanku kuhantamkan ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya semakin ganas. 

Tentu saja aku semakin beringas. Siapa tahan. Samm… bajiingann! untuk kesekian kalinya dia mengumpatku. Entah apa maksudnya. Kali ini dia sangat menikmati permainan (setidaknya secara fisik, entahlah kalau perasaannya). Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat. Wii.. punyaahh.. kamuu.. assiikkh.. ahh, seruku ketika denyutan liang kemaluannya terasa sekali menekan batang kemaluanku. 



Kubalik dia, sehingga sekarang posisinya di atas.Sam.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. suatu.. saat.. Silakan.. saajahh.. Kami berdua berbicara tak karuan. Oughh.. aihh.. sshh, teriaknya menggelinjang sambil mencabuti bulu-bulu dadaku. Aku merasa kesakitan. Tapi biarlah. Dia sepertinya sangat menyukai. Samm… kamu.. kamu.. dia tidak melanjutkan kata-katanya. Tiba-tiba.., Samm.. Samm… bajingan.. ah.. serunya keras sekali, sambil menggoyang pantatnya dengan cepat dan menari-nari seperti kilat. 

Bunyi becek di bawah sana menandakan dia kembali orgasme.Tapi goyangannya tidak surut. Kucabut batang kemaluanku dan menyuruhnya membelakangiku sambil berpegangan pada sisi ranjang. Kuarahkan batang kemaluanku dari belakang dan, Oughh.. oughh.. oughh.. oughh.. tiap sodokanku ditanggapinya dengan seruan liar. Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. 

Lama kami pada posisi itu, tiba-tiba aku didorongnya dan dia berdiri di hadapanku. Aku ditamparnya keras dan memelukku erat.Ditariknya aku ke ranjang dan memegang kemaluanku. Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya. Rasakan nihh.. bajingan.. shh, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Aku tahu dia akan orgasme lagi. Aduh..Wi… pekikku tertahan ketika sekarang dia malah menggigit punggungku. Sam .. Sam… dia berseru kencang dan memeluk erat kepalaku di dadanya. 

Kupeluk juga dia dan mengangkatnya. Kami berdiri di lantai. Dengan posisi ini aku bisa menyodoknya dengan sangat keras. Kurapatkan ke dinding, dan kupompa sekuat tenaga.Wii.. ahshh.. Samm… Aku mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Dia memelukku erat sekali. Kami berdua ngos-ngosan. Kuangkat dia ke ranjang. Kami terkulai lemas. Kutarik kemaluanku yang melemah dengan pelan. Kutarik sprei itu karena sudah berisi noda darah dan bercak cairan yang beragam. Kami tergeletak berdampingan, tanpa pakaian. Sam.. kamu berhutang padaku, suatu saat aku pasti menagihnya. Hutang apa? tanyaku. Dia tidak menjawab.Dengan perlahan dia memejamkan mata dan tertidur. Kupandangi wajahnya yang cantik. Tampak lelah. Hmm.. beruntung sekali calon suaminya. Kuelus rambutnya yang lurus indah dengan lembut. Kuciumi keningnya dan kupeluk dia. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan terlelap bersama. 

Besoknya kami bangun bersamaan, masih berpelukan. Aku sadar, dia tidak punya pakaian lagi. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Kubeli Tshirt dan celana pendek.Ketika kembali ke kamar, dia membisu dan tak mau menjawab pertanyaanku. Didiamkan begitu aku tak ambil pusing. Kupakaikan Tshirt dan celana pendek ke tubuhnya. Dia masih tetap membisu. Ayo pulang.. ajakku. Dia melangkah lunglai. Kugandeng dia ke mobil, kududukkan di jok depan. Setelah isi kamar sudah kurapikan, aku langsung menyetir mobil. Sepanjang jalan dia hanya diam membisu. Wii.. aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi, satu hal yang aku minta darimu.. jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat. Bencilah kepadaku karena aku bukanlah calon suamimu, kataku agak kesal dengan sedikit berdiplomasi. 

Dia memandangku dengan gundah.Namun tetap membisu. Sampai di daerah rumahnya pun dia tetap diam. Oke.. Wii.. aku tak tahu apa yang kamu inginkan. Jika ada yang ingin kamu utarakan, lakukanlah sekarang sebelum aku pergi. Dia hanya diam membisu. Dipandanginya aku agak lama. Karena tidak ada jawaban, kudekati dia dan kucium tangannya. Dia tidak bereaksi. Bye.. Wii.. Aku segera beranjak pergi. Empat hari kemudian aku memang secara diam-diam mendatangi daerah rumahnya.Benar, dari informasi yang kudapat dia memang sedang melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah Resto mewah di pusat kota. 

Tapi aku tidak pergi melihatnya. Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya. Pertemuanku terakhir dengannya terjadi di salah satu kafe di Surabaya. Saat grupku manggung, aku melihatnya duduk di depan bersama seseorang (mungkin suaminya). Lagu ini kupersembahkan buat seorang wanita paling indah yang pernah mewarnai perjalanan hidupku, aku pun segera menyanyikan tembang Mi Corazon dengan penghayatan yang dalam.

Dia menikmatinya dengan tatapan syahdu ke arahku. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami. Sekarang setahun sudah lewat. Dia pernah juga meneleponku dan bilang kalau dia sedang hamil tujuh bulan. Ketika kutanya dimana dia saat itu, telepon segera ditutupnya. Well, ternyata aku pun sedang mengalami pemerkosaan darinya. Semoga ini bisa jadi pelajaran berharga buat sobat semua. Ups.. ternyata sekarang ada janji dengan Tante Sandra.

Mengentot Istri Kawan Baikku


Mengentot Istri Kawan Baikku

Kasir4D - Aku mempunyai sahabat sedari kecil, kami tumbuh bersama, kenakalan kecil, belajar mabuk, melamar pekerjaan, bahkan main cewek pun kami berangkat bersama. Hengky memang ganteng dan lumayan playboy. Yang aku tahu pasti, dia termasuk hiper. Two in one selalu menjadi menu wajib kalo kami mampir ke jl Mayjen Sungkono, Surabaya.

Dia juga mempunyai banyak teman mahasiswi yang ‘siap pakai’ dan lucunya dia sering menawari aku bercinta dengan gadis mahasiswinya di depan hidungnya. Terkadang dia mengajak threesome. Aku sih ok ok saja, why not… enak kok. Dan lagi, ketika itu aku cuma karyawan swasta yang bergaji kecil, sedang Hengky sudah memiliki usaha sendiri yang cukup sukses.Sayang sekali di umur 35, sahabatku ini mengalami kecelakaan yang membuat dia terpaksa menggunakan kursi roda. Padahal dia baru 2 tahun menikah dan dikaruniai satu anak laki-laki yang cukup lucu.

Peristiwa ini benar-benar membanting dirinya, untunglah Widya adalah istri yang setia dan selalu memompa semangat hidupnya agar Hengky tidak menyerah. Sebagai sahabat, aku pun tak bosan-bosannya menghibur agar dia mau mencoba mengikuti terapi.Seperti biasa, di malam minggu, aku main ke rumahnya, daripada ngluyur nggak karuan, maklum setua ini aku masih membujang.“Sam, elo masih ingat jaman kita gila dulu? Minimal gue selalu ambil dua cewek, hahaha… dan mereka selalu ampun-ampun kalo gue ajak lembur.” Hengky tersenyum-senyum sendiri. 

Aku memahami, rupanya Hengky terguncang karena kemampuan sex yang dibanggakannya mendadak tercerabut dari dirinya. “Sam, gue harus sampaikan sesuatu ke elo… kenapa gue selalu bicara tentang sex ke elo. Ehm… gini, gue kesian sama Widya… dia istri yang baik dan setia, tetapi gue tidak mungkin memaksa dia untuk terus menerus mendampingi gue. Dia punya hak untuk bahagia. Dan lagi… Ehh… dan lagi…” Hengky terdiam cukup lama.

“Istriku masih muda, 25 tahun… gue nggak ingin dia nanti menyeleweng. Lebih baik kami berpisah baik-baik, dia bisa mendapatkan suami yang lebih baik.” matanya menerawang. ”Tetapi Widya tetap bersikukuh tidak mau. Baginya menikah cuma sekali dalam hidupnya. Tetapi gue kuatir, Sam… gue kuatir… karena… Ehhh, karena… Widya nafsunya besar. Bisa kamu bayangkan betapa tersiksanya dia. Kami dulu hampir setiap hari bercinta.” Hengky terdiam lagi, lama. “Kemarin dia bicara: ‘mas, aku nggak akan menyeleweng, karena cintaku sudah absolut. 

Kalo kamu memaksa untuk berpisah, aku tidak bisa. Memang kalau bicara sex, sangat berat bagiku. Tapi kita bisa mencoba pakai tangan kan, mas? Mas bisa puasin pakai tangan mas, pake lidah juga masih bisa… kita coba dulu, mas…’”

”Kami mencobanya, tetapi karena lumpuhku, jari dan lidahku tidak bisa maksimal, dan dia tidak mampu orgasme. Sempat juga pakai dildo. Itu pun juga gagal. Ini lebih disebabkan posisi tubuhku yang tidak mendukung. Akhirnya aku mengatakan bahwa bagaimana kalau kamu mencoba pakai cowok beneran. Kita bisa pakai gigolo, asal kamu bercinta di depanku, jangan di belakangku. Aku bilang bahwa ini hanya murni untuk menyenangkan dirinya. Kamu tahu… istriku hanya menangis, dalam hatinya sebenarnya dia mungkin mau, tapi entahlah…” Hengky sudah pasrah.

”Hhh… sebenarnya aku mau minta tolong kamu… pertama, kamu temanku, sudah seperti saudara sendiri, kamu belum menikah, kamu sekarang juga sudah nggak segila dulu… mungkin udah berhenti ya? Jadi aku minta tolong… bener-bener minta tolong… puaskan istriku…” kata Hengky, suaranya sedikit tercekat. “No.. no.. no.. nggak, Hen. Aku nggak mau. Maaf, aku gak bisa bantu yang seperti itu. Widya wanita baik-baik, aku melihatnya seperti malaikat. 

Dan aku sungguh menghormatinya. Sorry, aku pulang dulu, Hen… tolong pembicaraan ini jangan diteruskan.” aku menghindar. Widya adalah wanita sempurna, cantik, hatinya lembut, setia ke suami, tidak neko-neko, dan tubuhnya benar-benar sempurna. Hengky benar-benar sinting kalo aku diminta meniduri istrinya.***Tiga minggu kemudian, pagi-pagi aku mampir lagi ke rumahnya, aku pikir dia sudah tidak mau membicarakan itu lagi, ternyata aku salah. Kali ini dia memintaku sambil memohon, bahkan matanya berkaca-kaca. “Sam, please, bantu aku, kamu tidak kasihan lihat istriku? Kami sudah sepakat kalau kamu dan dia tidak perlu ML. 

Mungkin memuaskan dengan tangan atau lidah?”Aku sungguh tidak setuju dengan rencananya, tapi melihat permintaannya, hatiku trenyuh. “Ok, Sam, aku coba bantu, tapi aku perlu bicara dulu dengan Widya…”“Bicaralah dengannya, dia ada di beranda belakang, bicaralah…” desak Hengky.Widya Perlahan aku melangkah ke bagian belakang rumahnya yang besar, aku lihat Widya sedang menyirami bunga, sinar matahari pagi turut menyinari wajahnya yang lembut, kimononya yang berwarna merah kontras sekali dengan kulitnya yang putih bersih, sungguh anggun… Mungkin Hengky sudah memberi tahu karena dia seperti sudah menunggu kedatanganku.

“Hai, Wid… mana si kecil Herto, masih tidur ya?” tanyaku basa-basi.
“Hai, mas. Iya, Herto masih bobok… tumben datang pagi begini, udah sarapan belum?” Widya tersenyum lembut. Wajahnya hanya ber make-up tipis, begitu sempurna.
”Mmm, udah kok… Uum, aku bantu potongin anggrek ya? Dulu aku suka bantu ibuku merawat anggrek… ah, ini sepertinya kepanjangan, Wid… coba deh dipotong lebih pendek lagi, supaya lebih cepat berbunga.” kataku sok serius.

“Mas, aku sangat mencintai mas Hengky. Aku pun tahu dia sungguh mencintaiku. Dia adalah suami yang pertama dan terakhir…” suaranya tercekat, wajahnya menunduk. Tak kusangka Widya bicara langsung ke pokok persoalan. Ini lebih baik, karena semakin lama disini, aku semakin canggung.
“Aku sungguh berharap, mas Samuel tidak menganggapku wanita murahan. Mas Hengky bilang bahwa kalau melihat aku bahagia maka dia juga bahagia. Jadi nanti apa yang kita lakukan harus masih dalam koridor saling menghormati ya, mas…” kini matanya berkaca-kaca.

“Wid, aku ikuti apa maumu, kalau nanti kamu minta berhenti, aku berhenti. No hurt feeling… jangan kuatir aku tersinggung, kamu adalah wanita yang paling aku hormati setelah ibuku. Aku… aku akan memperlakukanmu dengan terhormat.“ bisikku.Perlahan Widya menarik tanganku menuju lantai dua, mungkin ini kamar tamu. Interior kamar sungguh nyaman, warna warna soft mendominasi, mulai dari warna bedcover, bantal dan gorden terkomposisi dengan baik, benar-benar mendapat sentuhan wanita.“Ummm… bagaimana dengan Hengky, dia pernah bilang kalo harus sepengetahuan dia.” tanyaku kuatir, aku tidak mau dituduh mengkhianati sahabat sendiri.

“Mas Hengky nanti datang setelah dia rasa kita ada hubungan chemistry yang lebih jauh. Aku juga keberatan kalo mas menyentuhku di depan mas Hengky terlalu terus terang. Aku tidak mau hatinya sakit. Dan ditahap awal ini aku sungguh berharap kita tidak terlalu jauh. Mungkin aku belum terlalu siap… dan maaf kalo tiba-tiba aku minta berhenti, mas ngerti kan perasaanku?” Widya berkata dengan wajah menunduk. Tangannya terlihat gemetar ketika perlahan-lahan membuka bedcover. Aku hanya mengangguk tanpa bicara.Lalu Widya berjalan menuju meja rias, membelakangiku, perlahan dilepas cincin kawin di jarinya, “Aku tidak bisa bercinta dengan orang lain dengan tetap memakai cincin ini…” katanya berbisik.“Maafkan aku, Wid… aku akan memperlakukan kamu dengan baik.” bisikku dalam hati.



Perlahan dia berbalik menghadapku sambil membuka gaunnya, ternyata di balik kimononya, Rini hanya memakai lingerie warna pink, G string plus stocking putih berenda. “ Aku tidak mau sembarangan untuk memulainya. Ini aku pakai juga untuk menghormati mas Samuel.” Widya berjalan perlahan ke arahku. Aku hanya bisa menahan nafas, dadaku sesak bergemuruh, rasanya sulit untuk bernafas, rasanya aku tidak akan bisa menyentuhnya, dia terlalu indah, Widya terlalu indah untukku… kakiku lemas.Dengan perlahan Widya membuka kancing bajuku, sedikit mengelus dadaku yang berbulu, wajahnya masih menunduk. 

Tanganku menyentuh rambutnya lembut, kemudian aku cium perlahan keningnya. Dengan bertelanjang dada, tanpa melepas celana panjangku, kutuntun Widya ke tempat tidur. Aku peluk lembut, aku ciumi keningnya berulang kali. Turun ke pelipis, lama aku cium di situ. Aku harus membuatnya rileks.Matanya yang indah tampak berkaca-kaca. Hembusan nafasnya masih memburu, bergetar. Aku mengerti, Widya masih belum siap.Aku bisikkan kata-kata lembut ke telinganya, ”Wid, kamu santai saja, aku nggak akan menyentuh yang nggak semestinya kok.
 
Jangan kuatir, kita tidak terlalu jauh, ini hanya semacam perkenalan saja. Ok?“Widya mengangguk sambil memejamkan matanya, mencoba menghayati.Kemudian bibirku menyentuh pipinya, harum Kenzo di lehernya, menuntunku ke arah sana. Lehernya sungguh indah, bibirku menyelusuri leher jenjangnya sambil sekilas menciumi belakang telinganya.“Ahhhhhh… mas… ahhhh…” nafasnya dihembuskan panjang, rupanya tadi dia terlalu tegang. Aku tetap mencium, tidak beranjak dari sekitaran pipi, kening, leher dan telinga. Sengaja tidak kucium bibirnya, takut membuat moodnya jadi hilang. 

Tetapi ternyata Widya sendiri yang mencari bibirku, dan mencium lembut perlahan. Badanku merasa meremang.Kemudian kami berpandangan dekat, matanya lekat menghunjam mataku, seperti mencari kepercayaan disitu. Ini adalah titik kritis, berhenti atau lanjut… Perlahan, Widya memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, aku mengerti kalau ini semua bisa berlanjut lebih jauh. Kucium lama dan lembut bibirnya yang indah itu. Perlahan bibirku turun ke leher, sedikit ke bawah. Turun… turun ke belahan dadanya yang ranum. Wanginya sungguh memabukkan. Widya hanya melenguh pelan, “Eehhhhh… mas…”Tanganku mulai mengelus pahanya, aku gosok perlahan, tanganku berhenti ketika jemari Widya menyentuh tanganku. 

Ah, mungkin aku terlalu jauh… ternyata jemari Widya menggosok permukaan lenganku. Kulanjutkan lagi gosokan tanganku ke pangkal pahanya.Kusentuh miss V-nya yang hangat. Aku tidak membuat gerakan yang tiba- tiba, semua harus mengalir lembut. Cukup lama jemariku menyentuh bulu- bulunya. Bibirnya terasa dingin, Widya sudah mulai terangsang… sambil masih mencium lembut bibirnya, jemariku mulai menyentuh klitorisnya. Begitu tersentuh, Widya langsung merintih, nafasnya memburu.

”Mas… uffff, mas… fiiuhhh…” cepat sekali vaginanya basah. Aku memahami, mungkin sudah satu tahun Widya tidak disentuh Hengky.Bibirku perlahan mulai mencium dari belahan dada menuju bukit indahnya. Belum pernah kulihat payudara seranum ini. Lidahku menari-nari di ujung putingnya yang merah muda. Aku sentuh dengan ujung lidah, kemudian sedikit aku sedot, lalu aku lepas lagi, begitu berulang-ulang. 

Nikmat sekali.Aku lirik wajah Widya, sudah merah padam, nafasnya tersengal-sengal. “Geliii… aaahhhh… geli, mas… jangan lama-lama… geliii… aduuuuhhh…” rintihnya.Sengaja aku teruskan jilatanku, dengan sedikit mengeluarkan erangan, agar Widya mengerti kalo aku sendiri juga super terangsang. Eranganku dengan erangannya kini bersahut-sahutan. Kepala Widya bolak-balik terbangun, mungkin karena dia tidak tahan dengan gelinya. Jemariku bertambah cepat menggosok klitorisnya. 

Tiba-tiba jemari Widya meremas rambutku dan kedua tangannya pun menekan kepalaku, sehingga aku sulit bernafas karena terbenam di buah dadanya. Pinggul Widya terangkat tinggi sambil merintih panjang.“Masssssss… ahhhhh…” wanita cantik itu Orgasme!Pinggulnya kembali terhempas ke tempat tidur yang langsung terayun-ayun, badannya melemas, tangannya lunglai ke bawah, sambil berkali-kali menelan ludahnya Widya mulai menangis memalingkan wajahnya.Aku ciumi lembut kepalanya, kucium air matanya di pipi, kemudian kucium tipis bibirnya.Perlahan kepalaku turun ke leher, dada, perut, pusar dan berhenti di bulu-bulu kemaluannya. Lidahku mulai menari di klitorisnya yang super basah. Widya hanya terdiam.Aku masih sibuk menjilati vaginanya yang wangi. Widya mulai recovery lagi… jemari lentiknya meremas rambutku. 



Dagunya terangkat ke atas, nafasnya terputus-putus memburu. Perlahan kuturunkan celanaku… bibirku kembali ke atas, mencium pusarnya, mengecup putingnya kemudian menyentuh bibirnya. Mataku beradu dengan matanya. Pandangan mataku bertanya, haruskah kuteruskan…Widya mengerti kalau batangku tengah menempel di kemaluannya. Perlahan kakinya melingkar ke pahaku. Mata kami tetap berpandangan. Kugesekkan batangku perlahan-lahan, Widya sedikit merintih, bibirnya terbuka.Kepala batangku mulai menekan, menekan… sedikit masuk, masuk lagi perlahan, lalu kaki Widya menekan pinggulku sehingga batangku lebih dalam masuk. Masuk seluruhnya… badanku meremang, batangku terasa hangat. Mata kami masih beradu pandang… tiba-tiba di sudut matanya muncul air bening yang mengalir perlahan ke pipinya. Widya kembali menangis…Kembali aku cium lembut bibirnya. Pinggulku tidak langsung aku gerakkan, agar dia merasa nyaman dulu dengan batangku di dalam sana. Lalu perlahan aku mulai gerakkan pinggulku sedikit demi sedikit, pelan-pelan…

 Widya merintih, ”Mas… aghhhhh…”Gerakan lebih kupercepat. Aku rasakan batangku masuk sepenuhnya ke dalam vaginanya. Tempat tidur mulai berguncang, bunyi geritan besi tempat tidur mulai keras terdengar.Tiba-tiba Widya memelukku erat, bibirnya mendekat ke telingaku dan berbisik, ”Kok besar sekali, mas? Terima kasih… nikmat sekali, mas… ooohhh… nikmat!”Widya kini lebih agresif menciumku, lidahnya mulai berani masuk ke mulutku. Tubuh kami berguling, kini dia di atasku. Otomatis batangku lebih menghunjam ke dalam, posisi ini favoritku karena aku bisa sepenuhnya melihat kecantikannya, melihat lekuk tubuhnya, meremas dada dan pinggulnya lebih leluasa.Gerakan tubuh Widya mulai liar, wajahnya tengadah ke atas dengan mata terpejam. Gerakannya malah lebih cepat dari gerakanku. 

Tubuhnya mulai menggigil dipenuhi peluh yang mengucur deras di sela belahan buah dadanya, pemandangan ini membuat tubuhnya tampak sensual, kujilati semua peluhnya dengan nikmat. Widya mendekati puncak… sementara aku susah payah bertahan agar tidak ejakulasi duluan.”Aaaaaa… aaaaaaahhhh… aahh!” dia mulai tidak malu mengeluarkan rintihan dan erangan suaranya lebih keras. Tiba-tiba tubuhnya menghentak keras, lenguhannya memanjang, kemudian tubuhnya lunglai ambruk di tubuhku. Segera kupeluk erat dan kucium lembut keningnya. Aku lega… senang bisa memuaskannya.
”Terima kasih, mas… terima kasih… aku belum pernah merasa nikmat seperti ini, dua kali orgasme.” bisik Widya.
”Aku bisa teruskan kalo kamu mau, Wid.” bisikku sambil menciumi pelipisnya.

”Terima kasih… maybe next time… sekarang giliran mas Samuel, mas belum puas kan?”Aku tersenyum dan kugelengkan kepalaku. ”No, tidak perlu… itu tidak penting. Kamu bisa menikmati, itu lebih penting. Kalau aku turut mencari kepuasan, artinya aku tidak menghargai kamu. Semua ini untuk kamu, Wid… hanya untuk kamu.” dalam hati kumaki-maki diriku, mengapa aku sok suci. Tetapi tak bisa kumaafkan diriku kalau aku ikut menikmati kesempatan emas ini, Widya bersedia bercinta denganku artinya dia sudah menghempaskan semua harga dirinya dihadapanku. 

Aku menghargai dan menghormatinya.”Mas, kamu baik sekali? Sungguh kamu baiiiikk sekali.” Widya memelukku erat lama sekali sampai aku terengah-engah karena kepalaku terbenam di belahan payudaranya. Sebenarnya aku ingin meneruskan dengan melumat dan mengigit gigit putingnya, tapi aku tidak mau merusak suasana syahdu ini.



”Mengapa Hengky tidak kemari, bukankah dia minta kita bercinta di depannya. Aku tidak mau dikatakan mengkhianati teman…”
”Mas Hengky mungkin sudah melihat kita dari tadi, dia ada di ruangan di balik kaca meja rias, itu kaca tembus pandang, mas.” Widya menjelaskan ketika melihat mataku memandang pintu.
”Umm… mas gak bersih-bersih badan? Aku bantu di kamar mandi yuk…“ katanya sambil menarik tanganku.Kami saling menggosok badan, aku remas lembut buah dadanya dari belakang dan mencium lembut punggungnya. Widya kembali merintih, tubuhnya berbalik kemudian melumat bibirku, benar-benar agresif. 

Tiba-tiba Widya jongkok dan cepat menggenggam batangku, sedetik kemudian mulutnya mengulum milikku yang makin mengeras penuh.Aku benar-benar tidak menduga Widya melakukan itu. Tindakannya membuat kakiku lumpuh.”Jangan, Wid… jangan… nanti aku keluar. Aahhh… Wid… sudah… please…” rintihku.Widya segera berdiri lagi lalu berbalik menghadap shower dinding. Aku mengerti, dia ingin aku masuk dari belakang. Dengan guyuran air hangat, aku masukkan batangku cepat, aku sudah tidak tahan lagi, nafsuku sudah memuncak, Widya pun menggerakkan tubuhnya mengimbangi tusukanku.”Aaahhh… mas… aku… aku… ahhh… aku…” tubuhnya kembali menggeliat dan mengejang, jemarinya kuat meremas tangkai shower, sementara aku benar-benar tidak dapat menguasai diriku. Spermaku yang tertahan dari tadi akhirnya mau tak mau menyembur keluar, masuk jauh ke relung vaginanya.

”Mengapa aku tidak bisa menahannya?” Widya kembali jongkok dan kini membersihkan lelehan spremaku dengan lidahnya. Aduh, aku merasa geli sekali. Dia kocok-kocok lagi agar semua spermaku keluar. Kemudian mengakhirinya dengan sedotan panjang di ujung batangku.
”Ahhh… Widya… kenapa aku harus ejakulasi?”Selesai bebersih diri dan memakai baju, kami keluar kamar. Rupanya Hengky sudah menunggu di depan TV, dia tersenyum dari kejauhan. 

Aku merasa jengah, merasa tidak enak. Sementara Widya menunduk dan berjalan ragu ke sebelah suaminya.Dari kursi rodanya, Hengky memeluk pinggang istrinya. ”Terima kasih, Sam, kamu sahabat yang baik. Aku sudah melihat percintaan kalian tadi. Aku berharap kamu tidak keberatan untuk meneruskan nanti.”Aku hanya mengangguk pelan. Bisakah aku hanya bertahan murni bercinta tanpa melibatkan perasaan? Aku tidak yakin dengan diriku. Aku tidak yakin nanti tidak jatuh cinta kepada Widya… dan aku yakin Widya pun mempunyai perasaan yang sama. Sorot matanya ketika bercinta tadi menunjukkan itu.